3. Keliling Dunia Bertiga

1.4K 208 4
                                    

"Kebahagiaan itu tidak hanya sekedar fisik dan materi, namun juga perihal makna kenyamanan hati"

Memasuki kawasan perumahan yang letaknya tak jauh dari perkotaan, Ebizard mengurangi injakan pada pedal gas mobil yang ia kemudikan. Tangan kirinya mengusap lembut rambut tipis anak laki-laki yang kini tengah tertidur pulas di kursi sebelahnya.
"Maafin papim, ya. Biel." Ebizard bermonolog.

Sesampainya dikediaman mereka yang terletak di ujung perumahan, bangunan dengan arsitektur bernuansa modern namun juga tak meninggalkan kesan kelokalannya itu menjadi rumah bagi keduanya menjalani hidup. Sudah sekitar 6 Tahun yang lalu, Ebizard menggarap bangunan yang ia tempati.

Ia memarkirkan mobilnya di dalam bagasi, seraya mengangkat tubuh kecil itu didalam dekapannya. Abiel sedikit terusik, Ebizard menepuki punggung layu itu.

"Sudah malam, Boy. Bobok yang nyenyak."

Seusai agenda mencium kening anaknya, ia bersegera menjalankan tugas yang kali ini harus ia garap dengan cepat. Ia mengingat permintaan dari Mr. Basher tadi yang menginginkan pembangunan berangsur lebih cepat daripada perkiraan, hal itu membuat tubuhnya harus bekerja ekstra.

Ia memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu, lalu beranjak untuk sholat isya' di ruangannya. Kemudian dilanjutkan bergelut dengan berbagai macam tugasnya, dan tentunya kembali bertemu dengan monitor komputer didepan matanya.

Ia memakai kacamata minusnya, sulit sekali menjadi penyandang mata minus, benar-benar sangat menganggu, pasalnya pekerjaan ini membutuhkan kefokusan pada tiap design yang ia kerjakan. Ia sangat menyayangkan namun bagaimana lagi, sudah terlanjur, pikirnya.

Sudah sekitar 5 jam ia duduk menggeluti pekerjaan itu, setelah dirasa cukup sesuai dengan kemauannya, sesegera mungkin ia menuju kamar mandi, sekedar mencuci muka untuk agenda istirahat yang telah ia tunggu-tunggu.

Di lain tempat, perempuan dengan rambut yang dikuncir hingga menunjukan raut muka menggemaskan itu hanya berguling-guling di atas kasurnya. Zehra tak sabar menunggu hari esok tiba, meskipun itu juga tak terduga. Setelah pertemuan tadi, papanya meminta ia untuk ikut serta di kunjungan lokasi di tanah yang akan segera digarap oleh Ebizard.

"Besok papa gak bisa ikut, Dek," ujar papanya mengawali pembicaraan. Raut muka Zehra terlihat menciut, bibirnya manyun, benar-benar sangat terlihat lucu. "Papa ah, Ga asik."

"Lagian kamu juga udah gede, masa survei lokasi aja harus papa juga. Nanti demi kenyamanan kamu loh, kan buat kamu." Mr. Basher dengan tenang memberi pengertian pada anak bungsunya.

"Kak Nina, ikut?"
Kanina yang sedang bersandar pada pintu kamar adiknya itu hanya terkekeh pelan melihat adiknya yang terkesan sangat frustasi mendengar agendanya besok. "Adek, Adek. Kenapa sih takut banget?"

"Bukan takut atuh kak."

"Ya terus? Kamu kan tau, kakak besok harus pergi bareng papa, ada kunjungan ke luar kota, kalo masalah rumah mah bisa kamu atur sendiri nanti, rumah kamu kok."

"Huhuhu, ya nggak apa-apa deh. Udah ah. Kalian keluar aja," ucap Zehra dengan tangan seakan mengusir kedua manusia didepannya. Dua orang di hadapannya hanya bisa bergeleng-geleng dengan tingkah perempuan di hadapannya.

Sebelum Kanina keluar, "Kak...," panggil Zehra.
"Ya?" jawab Kanina. Dahinya mengernyit melihat ringisan adiknya. "Kak Nina, punya kontaknya mas Ebi?"
"Mas?"
"Iya ih. Mr. Ebi!"
"Kok mas?"
"Ceritanya panjang. Mana ah, minta kontaknya."

ILY, Single Papim - Haechan Ryujin (HAERYU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang