2. Eh, Ada Si Kakak

1.7K 233 2
                                    

Sudah berlarut-larut Ebizard tenggelam dalam dunia laptopnya. Jam menunjukan pukul setengah satu pagi, tetapi tumpukan kertas dihadapannya masih terus menjadi pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Pasalnya, besok ia akan bertemu dengan klien si pemilik proyek bangunan yang ia kendalikan saat ini.

Bekerja dibidang Arsitektur memang bukanlah hal yang mudah. Sekujur badan dan pikirannya harus ia kerahkan untuk membuat ide paling menarik agar klien merasa puas.

Hidup Ebizard hanya bergelut di depan komputer, tumpukan kertas, dan yang paling penting anak kecil yang sedang tertidur di kasurnya malam ini.

Beberapa hari lalu, anak kecil itu sakit demam yang membuat ia sebagai single parent harus mengurus lebih ekstra, akibatnya beberapa pekerjaannya terbengkalai. Bahkan jika ia tidak dihubungi oleh rekannya tadi, mungkin ia akan melupakan tentang pertemuannya dengan kliennya esok hari.

"Bi, proyek gimana?" tanya lelaki diseberang sana, mereka sedang berkomunikasi menggunakan gawainya.

Ebi yang baru saja merebahkan tubuhnya setelah seharian penuh mengurus anaknya sedikit tersentak.
"Proyek yang apa?" balas Ebi dengan sedikit guratan di dahinya.

Suara rekannya kembali menggaung, "Besok ada meeting sama klien, bytheway. Jangan bilang lo lupa."

"Anjir, RAJASYA! Yang proyek Basher Corp itu!!"

"Lah, lo belum ngerjain, heh besok klien harus terima jadi ya. Gue gak mau denger alesan lo. Meskipun lo boss di perusaan kita, tapi masalah kedisiplinan gak bakal gue kasih dispensasi." Suara Rajasya terdengar seperti menekan tanpa ampunan untuk Ebi.

"Sorry, Sorry. Gue beneran lupa, Ja. Anak gue baru sembuh, demam kemaren."

"Gue tau, Bi. Proyek ini proyek gede. Lo jangan sampek kecolongan. Ini juga demi anak lo kan."
Ebizard mengangguk sambil mengusak wajahnya. Ah, malam ini tak ada jatah tidur lagi.

^^

Pagi ini, Ebizard sudah bersiap untuk menemui kliennya. Matanya memerah, jelas. Bahkan ia hanya punya waktu satu jam setengah untuk beristirahat semalam. Memang itu konsekuensinya menjadi seorang arsitek, pikirnya.

"Boy, Abiel." Panggilnya pada anak kecil yang sedang duduk di kursi sofa ruang tengahnya. Abiel menatap kearah ayahnya.

Ebizard tersenyum, kakinya berlutut menyamakan tinggi badannya dengan si kecil.
"Siap keliling dunia sama papim, boy?"

Abiel tersenyum memperlihatkan gigi-gigi kecilnya yang masih putih bersih. "Siaaap, papim."

"Nanti Abiel nggak boleh nakal loh ya? Janji dulu sama papim."

"Iya papim. Biel janji."

Ebizard mengangguk, ia mengecup kening Abiel seraya mengendongnya. "Yeay. Belangkaaaat~" Abiel dengan suaranya yang menggemaskan.

Ebizard termasuk ayah yang tergolong protective, namun dalam artian protective yang masih kadar baik. Ia sangat berhati-hati dengan orang asing yang mengurus anaknya, maka dari itu untuk berjaga-jaga, sedari kecil ia tak membiarkan Abiel di urus oleh baby sitter. Ia lebih mempercayakan pada dirinya sendiri. Terkadang, saat ada kegiatan yang tak memungkinkan untuk mengajak Abiel, ia dengan terpaksa menitipkan kepada orang tuanya, padahal ini orang tua yang melahirkannya, tapi dia memang tipikal ayah yang seperti itu.

"Udah sampek, Biel. Mau jalan sendiri atau papim gendong?" tawar Ebizard seraya tangannya melepaskan seatbelt Abiel.

"Biel mau jalan sendili papim, boyeh?" ucap Abiel terbata sambil mulutnya yang belum berhenti melumat permen kesukaannya.

"Bolehlah, Abiel jagoan papim kan hebat, yuk!"
"YEAY!"

Butuh beberapa menit ia menunggu kliennya, ia duduk di kursi tunggu. Gedung ini cukup luas, nama Basher Corp memang sudah terdengar di berbagai penjuru Indonesia, bahkan mungkin saja sampai dunia. Ia termasuk orang yang beruntung untuk dipercaya menjadi arsitek dalam proyek kali ini, namun proyek ini memang bukan untuk Gedung perusahaan melainkan proyek rumah yang akan diberikan kepada salah satu anak dari pendiri Basher Corp.

ILY, Single Papim - Haechan Ryujin (HAERYU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang