8. Salah Paham

7.3K 655 11
                                    

Vian terbangun dari tidurnya karena merasa haus, membuka matanya secara perlahan dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya, lalu dia mencabut pacifirnya, dan saat ingin beranjak dari kasur dia tidak bisa bergerak karena ada seseorang yang memeluk perutnya, menoleh dan terkejut ketika bukan sosok Abangnya yang dia lihat melainkan orang lain.

Vian berpikir apakah ini Opa yang kemarin bermain bersamanya karena kalo diperhatikan wajahnya terlihat mirip, tapi setelah dipikir-pikir mana mungkin wajah Opa tersebut berubah menjadi muda kembali. Tidak ingin memikirkannya dan berasumsi jika mungkin itu teman Abangnya akhirnya Vian memilih untuk menyingkirkan tangan tersebut dan secara perlahan turun dari kasur. Lalu memutari kasur dan tersenyum ketika melihat Abangnya yang tertidur dengan lelap padahal matahari sudah membumbung tinggi, kemudian dia mencium pipi tegas Abangnya itu dan bergegas keluar kamar karena merasa haus.

Setelah itu Vian juga memutuskan untuk membersihkan diri dan akan memasak sarapan untuk Abangnya dan juga teman Abangnya itu yang menurutnya sangat tampan.

30 menit kemudian, dikamar, Niel yang merasa terganggu dengan cahaya yang semakin terik membuatnya langsung membuka matanya, memijit kepalanya yang berdenyut nyeri, lalu merubah posisinya menjadi duduk, setelah itu dia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai Niel keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk untuk menutupi area bawahnya, dan saat melihat ke kasur dia baru menyadari jika tidak ada keberadaan Vian, keluar dari kamar dan terdiam ketika melihat Adeknya itu sedang berkutat di dapur, lalu tersenyum dan kembali masuk kedalam kamar untuk memakai baju dan akan membantu Vian untuk memasak.

"Adek masak apa?" Vian yang sedang memotong tahu dan mengenal suara tersebut langsung menoleh, "Abang udah bangun," Ucapnya sambil tersenyum.

"Vian goreng ayam sama mau bikin sup tahu." Lanjutnya sambil menunjuk ayam yang sudah selesai dia goreng.

"Sini Abang bantu." Niel langsung mengambil alih pekerjaan Vian, dan Vian sendiri langsung menyiapkan panci untuk merebus air.

"Abang." Niel yang dipanggil menunduk melihat Vian yang sedang memperhatikannya, "Uhmm kenapa?" Tanyanya sambil kembali melanjutkan memotong tahu.

"Kemarin Vian main sama Opa Austin."

Niel terdiam karena cukup terkejut ketika mendengar itu, dia jadi mengingat ucapan Opanya semalam jika tua Bangka itu menghabiskan waktu bermain dengan Vian. Niel masih tidak menyangka jika Opanya akan menerima Vian yang bahkan baru ditemuinya beberapa jam itu, karena Niel cukup tau seperti apa Opanya itu, tapi disatu sisi dirinya cukup senang karena nyatanya Vian diterima dengan sangat baik.

"Seru gak?" Tanyanya yang membuat Vian mengangguk.

"Seru banget!" Jawab Vian antusias yang membuat Niel menarik sedikit ujung bibirnya, "Opanya Abang juga ganteng banget, bule gitu." Lanjutnya yang membuat Niel menoleh dan melihat tatapan berbinar Anak itu.

Niel bersyukur bisa melihat Vian yang kembali ceria dan Anak itu seperti menunjukan jati diri sebenarnya, tidak seperti awal ketika mereka bertemu dan Vian yang lebih banyak diam dengan tatapannya yang terlihat redup. Tapi saat ini dia dapat melihat tatapan berbinarnya yang membuat hatinya menghangat.

"Kapan-kapan main ke tempatnya Opa ya."

"Opa Austin juga bilang gitu, katanya rumahnya ada diBandung." Ucap Vian yang dibalas anggukan kecil oleh Niel yang membenarkan ucapan Anak itu. Niel juga kembali melanjutkan memotong beberapa tahu yang masih tersisa.

"Abang mau tau gak?"

"Apa?"

"Orangtuanya Vian juga orang Bandung." Niel yang mendengar itu langsung menoleh, ingin membalas ucapan Anak itu tapi terganggu dengan bunyi suara bel apartemennya.

Malvian (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang