Brak.
Pintu mansion markas Dumber terbuka dengan kasar karena ulah dari sang ketua, Yogi sendiri yang baru saja ingin menyelam ke alam mimpi langsung bangkit karena saking terkejutnya.
"SIALAN!!" Teriakan dengan emosi itu membuat Yogi menatap heran sang empu, Ares kini terlihat sangat marah karena terlihat dari urat-urat dileher dan tangannya yang tercetak jelas, bahkan kini wajahnya yang sudah datar semakin datar membuat semuanya tampak bingung tapi mereka tau permasalahan intinya yaitu karena Ares melihat mantannya yang sedang jalan dengan cowo lain.
"Kenapa?" Yogi bergumam menatap Bondan yang hanya mengedikkan bahunya di dekat pintu.
"Udahlah Res, kendaliin emosi lu." Ares yang mendengar itu langsung menatap tajam Zian yang baru saja bersuara.
"Diem deh lu, lu gak tau apa yang gua rasain."
"Gua emang gak tau, tapi kalo lu kaya gini sama aja lu ngehancurin diri lu sendiri Res."
"Diem anjing! Gua yang ngerasain, sakit rasanya saat tau cewe yang lu sayang malah milih cowo lain."
"Yah lu kok emosi ke gua, seharusnya ke cowo yang jalan sama mantan cewe lu lah."
"Lu yang mancing gua duluan sialan!"
Zian sudah bersiap untuk menutup wajahnya dengan tangannya sendiri ketika melihat tangan Ares mengayun kepadanya, tapi beberapa detik menunggu dia tak kunjung dapat merasakan pukulan di wajahnya, dan saat menyingkirkan tangannya dia dapat melihat jika Esta mencegahnya.
"Jangan mukul seseorang yang gak bersalah." Tekan Esta sambil menatap tajam Ares yang langsung melepaskan diri sambil menendang rak meja.
Suasana di mansion tersebut juga kini menjadi tegang, emosi Ares sepertinya susah untuk dikendalikan, ahh mereka menjadi muak dan mengutuk mantannya Ares itu yang sudah membuat sang empu menjadi seperti ini.
Kini Yogi dan yang lainnya malah terkejut ketika Ares tiba-tiba mengangkat sebuah vas yang mungkin akan dia hancurkan untuk meluapkan emosinya itu.
"Bang, stop! Ada Edwin yang lagi tidur disini."
Hampir, hampir saja vas itu pecah karena Ares yang akan melemparnya jika saja Yogi tidak bersuara.
Ares sendiri langsung menatap Yogi, meletakkan vasnya ditempat semula dan memilih berjalan menuju ruang tengah, lalu pandangannya teralih ketika melihat Edwin tertidur diatas sofa dengan wajah damainya sambil memeluk seorang Anak yang dia ketahui bernama Vian yang berstatus sebagai Adeknya itu.
"Dari kapan?"
Yogi yang tau maksud pertanyaan itu langsung menjawab, "Satu jam yang lalu, kayanya."
"Acaranya udah selesai?" Bondan menyaut sambil duduk di sofa yang kosong bersama dengan yang lainnya.
"Gak tau, tiba-tiba dia dateng. Terus tuh Anak nangis sambil meluk Vian." Ares yang mendengar itu langsung mengusap lembut kepala Edwin, memperhatikan wajah Edwin yang memang terlihat sembab jika diperhatikan lebih teliti.
Marco sendiri juga langsung mengambil remote dan menyalakan Tv, melihat berita gosip yang sedang menayangkan berita bahagia kehamilan dari salah satu anggota keluarga Jarendra.
"Tailah, yang lainnya keliatan bahagia tapi ada satu orang yang menderita." Zian menyahuti berita tersebut dengan kesal karena melihat kini betapa bahagianya keluarga Jarendra yang akan memiliki seorang bungsu dari Papanya Edwin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malvian (On Going)
Teen FictionDibuang.. dipungut.. lalu dibuang lagi. Hidupnya penuh dengan berbagai luka, tapi dia selalu bersyukur dengan hidupnya walaupun harus berjuang melawan rasa sakit. Namun semua itu berubah ketika dia bertemu dengan seseorang yang dia panggil Abang. Ap...