31. Rasa Senang

3.5K 408 44
                                    

Advin terbangun dari tidurnya karena merasa ingin buang air kecil, tanpa pikir panjang dia langsung bangkit dari sofa dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

"Ahh leganya."

Setelahnya dia mencuci tangan dan segera keluar untuk kembali melanjutkan tidurnya, tapi langkahnya langsung terhenti ketika melihat seogok manusia kecil yang terbaring diatas sofa dengan selimut yang membungkusnya.

"Siapa ya?" Gumamnya karena dia samasekali tidak mengenali siapa orang itu, terlebih posisi tidurnya yang membelakanginya, dan Advin yang penasaran langsung menghampirinya dan terkejut dengan apa yang dia lihat.

"Vian?" Gumamnya pelan, "Ini asli kah?" Advin menusuk-nusuk pipinya Vian dengan ragu untuk memastikannya.

Plak

"Akhh sakit anjir." Advin merintih sambil memegangi pipinya yang terasa panas setelah dia menamparnya dengan sangat keras.

"Berarti gua gak mimpi dan ini beneran Vian!"

Dia berseru senang dan langsung terdiam ketika tubuh mungil Vian menggeliat dan kini posisinya berubah menghadap kearahnya, tersenyum ketika Anak itu memasukkan ibu jarinya dan mulai menyesapnya.

"Dasar bayi."

Tangannya terulur dan mengusap lembut wajahnya Vian, "Gua seneng lu kembali lagi Dek." Advin langsung mencium kening Anak itu, duduk dilantai dan wajahnya bertumpu di sofa dengan tangan yang menumpu dagunya, dia memperhatikan cara tidurnya Vian yang terlihat sangat menggemaskan.

Ceklek

Pintu tiba-tiba terbuka yang membuat Advin langsung menoleh, Sagara sendiri si pelaku pembuka pintu cukup terkejut saat melihat Adeknya yang duduk di lantai dan sedang menatapnya, melihat jam ditangannya yang masih menunjukkan pukul 3 pagi.

"Kenapa bangun?" Tanya Sagara sambil menutup pintu secara perlahan dan berjalan masuk.

"Bang liat, ini Vian." Advin mengabaikan pertanyaan Abangnya dan langsung berseru gembira sambil menunjuk Vian.

Sagara sendiri tidak membalas ucapan Adeknya, dia lebih memilih mengusak rambut sang empu lalu duduk di sofa.

Advin juga langsung berpindah dan menumpukan dagunya di paha Abangnya, "Siapa yang udah bebasin dan bawa Adek kesini Bang?" Advin bertanya sambil mendongak menatap Sagara.

"Papa."

"Papa?" Tanya Advin memastikan.

"Uhmm tadi dia kesini."

Advin tersenyum entah karena apa, tapi jujur dia sangat senang karena ternyata Papanya benar menepati janjinya untuk membawa Vian kembali, "Terus sekarang Papa kemana Bang?"

"Yah pulanglah, katanya ada urusan penting." Sagara sengaja berbohong, karena tidak mungkin dia menjelaskan kemana saat ini Papanya pergi, terlebih dirinya juga memang tidak tau dengan pasti kemana Papanya saat ini sedang pergi.

Advin sendiri mengangguk, lalu berdiri dan berpindah duduk disebelah Abangnya, "Oh iya Bang, Bang Niel udah Abang kabarin belum tentang Edwin?"

Sagara sejenak terdiam, Adek-adeknya tidak ada yang mengetahui tentang kondisi Niel yang saat ini juga sedang dirawat karena kelakuan keluarganya, dia juga tidak berniat memberitahunya karena tidak ingin Adeknya ini khawatir, jadi yang Sagara lakukan adalah melirik Advin dan tersenyum, "Tidur gih udah malem." Advin menatap penuh tanya Abangnya, tapi Sagara langsung mengusak kasar rambutnya yang membuat sang empu merenggut kesal.

Malvian (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang