14. Dumber

5.8K 580 9
                                    

Kini Vian sedang duduk didepan sekolah sambil memperhatikan beberapa murid yang berhamburan keluar sekolah, dia duduk disana seperti biasa untuk menunggu Niel menjemputnya.

"Pulang bareng gua." Suara itu membuat Vian menoleh dan melihat Adek Abangnya yang juga sedang menatapnya.

"Vian dijemput Bang Iam."

"Bang El nyuruh lu pulang sama gua, dia lagi ada urusan." Vian yang mendengar itu menatap lekat mata tajam Edwin, mengangguk walaupun ragu dan beranjak dari tempatnya mengikuti langkah Edwin yang mengarah ke parkiran sekolah.

Saat sampai Edwin langsung menaiki motornya dan Vian hanya diam memperhatikannya, "Motornya tinggi banget, Vian gak nyampe." Batin Anak itu sambil bergantian melihat motor tersebut dan Edwin yang sedang memakai helm.

"Hai Anak manis." Suara dari arah belakangnya membuat Vian menoleh dan terdiam menatap wajah dua orang asing yang tiba-tiba muncul.

"Langsung ke markas Ed?" Salah satu diantara keduanya menyapa Edwin dan lagi-lagi Vian hanya diam memperhatikannya.

"Anak manis kenapa disini?"

Mengabaikan Edwin yang sedang mengobrol Vian langsung beralih menatap orang yang baru saja bertanya, melihat nametag yang tertera dan tertulis nama Yogi.

"Bang Win mau nganterin Vian pulang."

Yogi yang mendenger itu menaikkan satu alisnya dan menatap Edwin, Bondan yang juga sedang mengobrol dengan Edwin langsung sekilas melirik Vian dan kembali menatap Edwin.

Edwin sendiri yang melihat tatapan keduanya seperti meminta penjelasan langsung menghela nafas, "Adeknya Bang El."

Keduanya yang mendenger itu berpikir sejenak, "Berarti Adek lu juga dong?" Sahut Yogi.

"Gua gak nganggep dia Adek gua." Mereka berdua yang mendengar itu semakin tidak mengerti.

"Dah lahh males gua jelasin, ayo cabut."

Tidak ingin membuat Edwin marah akhirnya Bondan dan Yogi langsung beranjak ke tempat dimana motor mereka diparkir.

"Ayo naik." Ucap Edwin menatap Vian yang hanya diam.

"Vian gak bisa Abang, ketinggian." Edwin yang mendengar itu berdecak, tanpa aba-aba langsung mengangkat tubuh Anak itu dan mendudukannya di jok belakang.

Setelah memastikan Anak itu aman akhirnya motor sport miliknya langsung melaju meninggalkan area sekolah diikuti oleh motor sport kedua temannya.

Dan tak jauh dari sana ada seseorang yang sedang menahan kesal sambil mengepalkan tangannya.

"Sialan."

**

Kini Vian sedang menatap horror dan takut bangunan yang ada dihadapannya saat ini ketika motor yang dikendarai oleh Edwin sampai dihalaman bangunan tersebut. Vian merasa takut karena banyak sekali orang dengan wajah datarnya dan juga lingkungan sekitarnya yang cukup suram karena hanya ada barang-barang bekas berserakan, tapi ada juga beberapa motor sport yang banyak berjejer di halaman tersebut.

"Ayo turun."

Vian berusaha untuk turun ketika mendengar suara datar tersebut, tapi karena memang tubuhnya yang pendek dan motor Edwin yang tinggi membuat Anak itu kesusahan, Edwin yang melihat itu menghela nafas dengan kasar dan membantu Vian untuk turun.

"Makasih Abang." Cicit Vian pelan dan hanya dibalas dehaman oleh Edwin.

Setelah itu Edwin masuk kedalam bangunan tersebut sambil menggadeng tangan yang lebih kecil menyusul kedua temannya yang sudah masuk terlebih dahulu.

Malvian (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang