Suara mesin EKG menggema di salah satu ruangan rawat inap VVIP sebuah rumah sakit.
Diruang inap tersebut juga terdapat seseorang yang sedang duduk di sofa dengan posisi kaki menyilang dan tangan yang menaut dibawah dagunya sambil menatap brankar yang terdapat sosok Adeknya yang tidak berdaya, matanya juga menyorot begitu tajam, tersirat sebuah amarah yang begitu bergejolak.
Bahkan saat pintu terbuka dia tidak bergeming samasekali dengan posisinya dan malah mengeraskan rahangnya ketika menyadari jika seseorang yang baru saja masuk adalah salah satu anggota keluarganya yang mungkin telah ikut andil hingga membuat Adeknya Daniel harus dirawat setelah mengalami kritis beberapa jam yang lalu.
"Masih berani lu menampakkan diri setelah keadaan Niel kaya gini." Suara rendah itu membuat Arthur yang ingin menghampiri Sagara langsung menghentikan langkahnya.
Tatapan keduanya pun bertemu dan Arthur langsung mengatupkan bibirnya ketika menyadari jika tatapan yang dilayangkan oleh Sagara tidak seperti biasanya, sorot mata Sagara memang tajam tapi menenangkan, dan sekarang yang dia lihat adalah tatapan yang mengerikan dan begitu tajam seperti anak panah yang siap menghunusnya.
"Gua gak turut andil Ga."
"Tapi lu ada disana." Suara Sagara begitu rendah dan berat, seakan sedang menahan amarah yang membuat Arthur langsung terdiam.
"Gua minta maaf Ga, gua tau gua salah karena tidak bisa menghentikan tindakannya Oma."
"Gua gak butuh maaf lu sialan!" Marah Sagara, lalu dia berdiri dan menghampiri Arthur.
"Setelah ini lu bakal denger kabar kematian, entah itu gua atau mungkin salah satu keluarga lu." Bisikan itu membuat Arthur menggertakkan giginya sambil tangannya mengepal kuat, dan saat Sagara hendak berlalu Arthur langsung menarik lengannya yang membuat sang empu menoleh dan menatapnya sambil menaikkan satu alisnya, bahkan tatapan yang dilayangkan Sagara juga semakin tajam.
"Gua bakal bantu lu."
Sagara terkekeh pelan sambil menggeleng kecil, "Gua gak butuh."
"Lu gak bakal bisa menghadapi Daddy dengan mudah Aga."
"Gua gak peduli, yang penting gua bisa bales apa yang telah mereka lakuin terhadap keluarga gua." Ucap Sagara, lalu menghempaskan tangannya dan langsung melangkahkan kakinya keluar ruangan.
"Gua bakal tetep bantu lu Aga, walaupun lu nolak sekalian gua bakal tetep bantu."
Balasan itu membuat Sagara yang hendak membuka pintu langsung menghentikan pergerakannya, "Gua lebih gak siap kalo harus kehilangan lu. Gua gak mau merasakan sakit lagi seperti apa yang gua rasain saat kehilangan Mama, gua rela berkhianat dan menghancurkan keluarga gua sendiri demi kebahagiaan lu dan keluarga lu."
Sagara mendengus pelan dan menarik sedikit sudut bibirnya, dia tau sosok Abang sepupunya ini tidak pernah berubah samasekali sedari dulu. Selalu peduli dan rela mengorbankan apapun jika itu bersangkutan dengan dirinya dan keluarganya.
"Gua tunggu pembuktian lu, Bang Aka." Sagara pun pergi dan menutup pintu.
Sedangkan Arthur yang kembali mendengar nama panggilan yang diberikan oleh Sagara saat kecil kepadanya langsung tersenyum sangat bahagia, "Gua bakal buktiin." Gumamnya pelan, lalu dia menoleh menatap Daniel.
"Abang gak peduli apa yang bakal terjadi kedepannya. Karena yang penting sekarang keluarganya Papa harus bahagia tanpa harus mengorbankan seseorang lagi. Bukan begitu, Niel?"
Setelah itu Arthur memeriksa keadaan Niel, memastikan jika Adeknya itu baik-baik saja, setelah itu barulah dia berlalu keluar untuk memikirkan bagaimana caranya untuk membantu Sagara membalaskan perbuatan keluarganya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malvian (On Going)
Novela JuvenilDibuang.. dipungut.. lalu dibuang lagi. Hidupnya penuh dengan berbagai luka, tapi dia selalu bersyukur dengan hidupnya walaupun harus berjuang melawan rasa sakit. Namun semua itu berubah ketika dia bertemu dengan seseorang yang dia panggil Abang. Ap...