Vian kini sedang termenung di sofa ruang tamu sambil menatap kartun kesukaannya, yaitu Shaun the sheep.
Tadi saat dia bangun ternyata Apartemen Abangnya ini sangat sepi dan tidak ada satu orang pun, akhirnya dia memutuskan untuk menonton tv dan untungnya dia sudah diajarkan cara menyalakannya dan juga mengganti salurannya.
"Bosen~" Gumam Anak itu sambil mencebikkan bibirnya dan merebahkan tubuhnya, terdiam sambil memperhatikan foto keluarga milik Bang Niel yang terpasang ditembok dekat pintu kamar.
Foto tersebut adalah foto keluarga Niel ketika dia masih usia remaja, lalu tatapan Vian terfokus kepada dua Anak kecil yang sedang berada dipangkuan Mama Papanya, Vian tau jika mereka adalah kedua Adek kembarnya Bang Niel. Dia jadi kembali mengingat tatapan keduanya yang menurutnya sangat mengerikan persis Papanya dulu, menggeleng ribut karena tidak ingin kembali mengingatnya karena takut terbayang lagi wajah Papanya dulu.
Bip.
Suara itu membuat Vian menoleh dan tersenyum lebar ketika melihat sosok Abangnya yang membuka pintu.
"Bang Iam~" Pekik Anak itu sambil beranjak dan segera memeluk kakinya Niel karena tinggi Anak itu memang sebatas itu.
Niel sendiri tersenyum, mengusak pucuk rambut Vian dan segera mengangkat tubuh Anak itu kedalam gendongan koalanya.
"Kamu udah makan?" Vian menggeleng sambil menatap Niel, "Yaudah kalo gitu makan dulu ya, tadi Abang beliin kamu ayam." Vian hanya mengangguk sebagai jawaban.
Melihat anggukan itu Niel segera berlalu ke dapur setelah menaruh tasnya di sofa, mendudukkan Vian di kursi dan langsung menyiapkan makanannya sekaligus membuatkan susu untuk Vian.
"Nih makan, abisin ya."
Vian mengangguk sambil tersenyum, lalu dia mulai memakan makanannya dengan lahap, ayam krispi dengan tahu tempe goreng, makanan kesukaannya Vian.
Niel sendiri hanya diam memperhatikan Vian yang sedang makan sambil sesekali membuka kembali tabletnya untuk melihat tugas yang diberikan oleh Dosennya, dia tidak ikut makan karena tadi sudah makan bersama dengan Toni dan juga Miko sebelum pulang.
Setelah 15 menit berlalu akhirnya Vian sudah selesai makan, mencuci piring dan gelas bekas makannya abis itu berlalu menuju sofa dimana Abangnya sedang duduk sambil fokus menatap benda pipih miliknya.
"Abang lagi ngapain?" Tanya Vian sambil mengintip benda pipih yang dipegang oleh Abangnya itu.
"Gambar rumah." Jawab Niel sambil melirik Vian dan kembali melanjutkan menggambar gradasi di tabletnya.
Vian sendiri yang mendengar itu hanya memperhatikan pergerakan tangan Abangnya yang cukup lincah, dan karena tidak ingin menggangu fokus Abangnya akhirnya dia memilih untuk duduk di karpet berbulu sambil bermain lego yang dibelikan oleh Opanya.
"Vian." Vian yang dipanggil langsung mendongak, "Sini duduk, ada yang mau Abang omongin sama kamu." Dengan patuh Vian berpindah dan kembali duduk disebelah Abangnya.
"Hmm mungkin ini mendadak, tapi Abang udah daftarin Vian sekolah. Jadi Minggu depan Vian udah mulai sekolah ya." Vian yang mendengar itu awalnya terkejut, tapi detik berikutnya dia tersenyum.
"Kamu nanti satu sekolah sama Edwin dan Advin, jadi mereka berdua bisa jagain kamu." Tapi setelah mendengar lanjutan ucapan Abangnya itu Vian langsung terdiam, dia jadi mengingat kembali kejadian kemarin. Niel sendiri yang melihat perubahan wajah Anak itu mengeryitkan keningnya heran.
"Kenapa?" Tanya Niel sambil mengusap wajah Anak itu, "Gak papa, Vian cuma ngebayangin gimana rasanya sekolah lagi." Niel tau Vian sedang berbohong tapi dia juga tidak ingin memaksa Anak itu untuk bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malvian (On Going)
Teen FictionDibuang.. dipungut.. lalu dibuang lagi. Hidupnya penuh dengan berbagai luka, tapi dia selalu bersyukur dengan hidupnya walaupun harus berjuang melawan rasa sakit. Namun semua itu berubah ketika dia bertemu dengan seseorang yang dia panggil Abang. Ap...