17. Kumala

2.9K 370 10
                                    

Dari habis subuh kosan Semanggi sudah mulai terlihat sangat chaos, itu karena sebagian penghuni kosan mau pulang ke rumah masing-masing selama libur akhir tahun.

Dimulai dari Tian, Jisa dan Daffin mereka pulang ke Bandung bersama pagi-pagi sekali. Kemudian disusul dengan kerusuhan Jena yang terlambat bangun dan hampir tertinggal pesawat. Jona dan Tendra sudah pulang dari kemarin sore. Sedangkan Sean dan Vio yang notabene masih orang Jakarta, jadi mereka masih santai bisa pulang kapan saja. Kalau Gita, dia tidak pulang untuk fokus mengerjakan skripsi tanpa gangguan mamanya yang menjodoh-jodohkan dirinya dengan anak temannya.

Untuk yang termuda kosan juga belum mudik, Jean dan Lisa berencana berangkat besok sore, sedangkan Jevan anak itu juga belum ada niatan pulang. Dan untuk Rose... Entahlah mungkin seperti biasa, dia akan menjadi penjaga kosan seperti sebelumnya.

"Seblak apaan manis begini, bangsat!" Lisa sontak menjauhkan makanan itu dengan kasar.

Jean menatap Lisa dengan sinis. "Jangan menghina karya chief Jean lo- hoekk, anjir perasaan gue ngga masukin gula tuh tadi."

"Goblokk! Pasti bumbu yang tutup biru lo kira garam?!" Cerca Lisa.

"Kan emang garam... Kata bang Sean, garamnya yang tutup biru." Ucap Jean beralasan.

Lisa berdecak kesal. "Tanya masalah dapur sama bang Sean, sama aja nanya arah sama orang buta."

"Gue aduin bang Sean lo!" Ancam Jean.

Lisa melotot, memberi isyarat kalau sampe diaduin "mati lo". Sedangkan Rose dari tadi tidak protes apapun masalah seblak gagal bikinan Jean, gadis itu masih lahap saja merasakan rasa asing dalam seblak sambil terus fokus pada layar televisi didepannya.

Lisa menatap sepupunya dengan horor, benar-benar lambung Rose itu tidak ada tandingannya. Makanan yang tidak sesuai rasanya aja tetep dia trabas.

"Lo ngga ngerasa aneh gitu?? Gue yakin, semut aja bakalan bilang makanan ini ngga layak buat dimakan." Tanya Lisa dengan heran.

Rose menggeleng sambil menyeruput kuah seblaknya. "Tinggal tambah garam, problem clear." Jawab Rose dengan enteng.

"Problem clear ndasmu! Otak clear yang ada." Sarkas Lisa.

Jean menghela napas kesal. "Ngga enak banget ngga ada mba-mba kosan, ga bisa makan enak."

Lisa dan Rose mengangguk menyetujui, kalo ada mba Jena itu ngga akan pernah kehabisan stok makanan handmade. Bisa aja sih jajan di luar atau order makanan, tapi ribet kata mereka mah. Cari-cari makanan di aplikasi aja udah ngabisin waktu karena bingung mau yang mana, ujung-ujungnya ya mending cari sendiri keluar. Emang paling bener ada mba Jena, jadi ngga usah ribet mikirin mau makan apa. Walaupun masih ada Gita, tapi mereka ngga berani ganggu induk ayam bertelur, serem.

Lisa menyenggol lengan Jean. "Lo mau pulang kapan cok?"

Bahu Jean seketika merosot saat mendengar pertanyaan Lisa. "Gue takut direndang sama papa, nilai gue anjlok banget bajingan." Gerutu Jean.

Rose dan Lisa sontak menyemburkan tawanya mengingat betapa merosotnya nilai Jean, untung masih ada 5 orang lagi dibawahnya.

"Gue juga males pulang sih, ngga bebas di rumah. Males banget kemana-mana kudu dianter." Sahut Lisa.

Jean dan Rose memandang Lisa dengan wajah sok kasihan, mereka tau banget kalau orang tua Lisa ini lumayan strict kecuali kalau perginya sama mereka berdua baru dibebasin.

Beberapa saat kemudian Jean dan Lisa mengalihkan pandangan pada Rose. Gadis itu cuma mengangkat sebelah alisnya. "Apa?"

"Males lah, lagian ayah lagi ke Aussie bareng kak Yol kemaren." Lanjutnya.

Rose And SemanggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang