20. mengintai

3.7K 424 115
                                    

Setelah lebih dari dua minggu di kosan hanya berdua dengan Gita, akhirnya hari ini akan berakhir. Anak-anak kosan Semanggi satu-persatu berdatangan, Rose yang seseorang dengan jiwa sosial tinggi tentu saja sangat bahagia. Brbanding terbalik dengan Gita, selama dia menempati kosan Semanggi baru kali ini dia merasa tentram dan damai sentosa, paling gangguan-gangguan kecil dari Rose. Namun, tetap saja dia lebih suka dengan suasana ramai yang hangat.

"ROSELLINEEEE!"

Lisa dan Jean, mereka berdua adalah yang pertama datang. Jangan ditanya, tentu saja karena sudah terlewat kangen dengan separuh napas mereka.

"Kangen banget Anjing."

Tidak lupa dengan salam mengumpat.

"O E M JI!! Ikutan dong!"

Si jablay nimbrung.

Memang berpelukan seperti teletubbies adalah wajib hukumnya bagi trio macan,  tidak lupa dengan sedikit bumbu drama menangis.

"Gue lebih kangen, njing." Balas Rose sambil mengusap air mata ghaib-nya.

Pelukan mereka bertiga terlepas setelah Lisa melepaskannya. Cewek itu mengecek keadaan sepupunya dari atas sampai bawah, kebiasaannya setiap habis berpisah cukup lama dengan sepupunya. Jean pun melakukan hal yang sama dengan sohibnya.

Sebenarnya kebiasaan itu muncul karena Rose adalah orang yang sangat ceroboh jika sedang sendirian, biasanya Rose suka mendapat luka dan penyakit baru saat sendirian di kosan. Gadis itu pernah dapat luka-luka karena terserempet motor, padahal dia sedang jalan anteng. Pernah mendapat jahitan di dahinya karena membersihkan gudang sendirian dan berakhir dahinya terpentok sesuatu. Dan yang paling tidak habis pikir adalah terkilir saat mau turun setelah merenung di atas genteng, literally di atas GENTENG. Untung tidak sampai jatuh ke tanah.

Rose adalah cerminan manusia yang tiba-tiba menjadi sangat rajin bersih-bersih rumah sampai tidak ada debu satu pun menempel saat sedang sendirian di rumah.

Kembali lagi, keduanya mengangguk bersamaan dan saling memandang. "Tumben mulus." Celetuk Jean.

"Iya dong, kan gue rawat seperti anak sendiri." Sahut Gita dari pintu depan, perempuan itu baru selesai mandi.

Lisa dan Jean membulatkan mulutnya, baru ingat kalau Rose tidak di kosan sendirian untuk pertama kalinya.

Gita melipat kedua tangannya di dada saat melihat respon adik kosnya. "Ngga ada yang mau peluk gue gitu?"

"Ngga ah, mba Gita baru mandi. Nanti ketularan bau asem kita." Jawab Lisa, tumben benar.

"Hooh tu." Imbuh Jean.

Berbanding dengan ucapannya. Keduanya berjalan mendekati Gita untuk cipika-cipiki. "Bukan asem lagi, ini mah bau kadal." Ucap Gita sambil mengerutkan hidungnya.

"Monyet."

****🍀****

Mengabaikan ketiga orang yang sedang adu keharuman. Mata Rose berbinar sempurna saat melihat mobil SUV hitam memasuki pekarangan kos, itu mobil Septian. Lalu keluarlah penumpangnya, Jisa dan Daffin. Rose berlari ke arah mobil itu, Daffin yang melihat Rose berlari kearahnya tentu saja dengan senang hati merentangkan tangannya, bersiap menyabut pelukan gadis itu.
Namun, Rose malah berlari ke arah pintu pengemudi dan memeluk Tian dengan erat saat pria itu baru turun dari mobil.
Daffin tersentak saat tubuhnya bertabrakan dengan seseorang.

"Gue mau meluk mawar kenapa malah durinya yang nempel." Celetuknya yang berbanding terbalik dengan tangannya yang mengelus surai coklat milik Lisa.

"Mawar lebih suka air timbang api." Balas Lisa.

Rose And SemanggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang