Halo
Vote + Comment
Enjoy!
.
.
.
"Bintang. Lo..gapapa?" Rasi bertanya dengan raut khawatir, pasalnya tadi pagi Bintang terlihat masih baik-baik saja, berbeda saat sekarang yang terlihat lemas tak bertenaga.
Mendengar suara yang sudah sangat familiar di telinganya membuat Bintang kembali membuka mata, bertemu pandang dengan sang kakak yang setia menunggu jawaban darinya.
"Gapapa.." sahut Bintang lirih, disusul suara mengi seperti siulan yang berasal dari deru napasnya.
"Lo gak pernah bilang ke gue atau ayah kalo punya asma."
"Udah lama gak pernah kambuh, jadi Abin kira udah sembuh.."
"Kenapa sekarang bisa tiba-tiba kambuh?"
"Mungkin kecapean, tadi lari-lari tapi belum sempet sarapan nasi."
"Bodoh. Kenapa gak sarapan?! Ayah kan udah siapin makanan buat pagi ini," tanya Rasi kesal dengan nada suara yang meninggi.
"Kan kak Rasi yang suruh cepetan, kalo enggak nanti Abin ditinggal.."
Raut kesal Rasi luntur seketika, menyisakan pemuda Leo yang hanya membisu dan terdiam canggung dengan wajah bersalahnya. Ia tidak seharusnya kesal dan marah pada Bintang, karena bagaimanapun juga, kesalahan terbesar dalam masalah ini dilakukan olehnya.
"Ken—"
"Kak Rasi ja-ngan tanya terus.. Abin masih sesak napas.."
"Oh sorry. Yaudah lo istirahat disini, gue mau balik ke kelas. Khusus hari ini, pulang nanti lo ikut bareng gue, tunggu aja di gang deket halte, sekitar 300 meteran dari sini, pokoknya dari sekolah belok kiri aja terus tunggu di gang pertama yang lo temuin."
Bintang menggeleng pelan sebagai tanda penolakan. "Abin naik bis umum aja."
"Lo yakin? Lo lagi sakit Bintang, kalo di bis gak dapet tempat duduk gimana? Pulang sama gue aja."
"Tapi.. nanti kak Rasi malu pu-lang sama Abin.."
"Hah? lo ngomong apaan? Gak jelas." Rasi tak bisa mendengar jelas ucapan Bintang yang sangat kecil, ditambah lagi anak itu berbicara sedikit terputus-putus.
Bintang yang merasa makin kesulitan meraup pasokan udara karena terus berbicara memilih diam dan hanya menggeleng sebagai jawaban. Jika ia terus paksa untuk berbicara, dadanya akan berakhir semakin sesak.
Rasi menyadari kondisi Bintang, ia akhirnya tak lagi bertanya untuk beberapa saat. Membiarkan adiknya itu menghirup oksigen kaleng yang diberikan oleh penjaga UKS sembari dengan inisiatif tangannya mengusap pelan punggung belakang Bintang.
Saling terdiam dalam satu ruangan yang sunyi membuat suasana terasa canggung, hingga akhirnya Rasi memutuskan untuk kembali bersuara setelah bermenit-menit habis dalam suasana sepi. "Pokoknya lo tunggu aja di gang deket halte, nanti gue jemput, mungkin agak telat karena nunggu halte sepi dari anak sekolahan kita dulu, supaya gak ada yang liat kita pulang berdua."
"Gak usah kak, Abin bisa naik bis sendiri," jawab Bintang yang masih keras dengan keinginannya.
Rasi yang tadinya khawatir jadi sedikit kesal melihat Bintang yang terlihat sok kuat. Kenapa anak itu susah sekali menerima bantuannya? Padahal Rasi hanya khawatir terjadi hal yang tidak-tidak kalau Bintang pulang sendiri, tapi anak itu sendiri yang menolak untuk pulang dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasi Bintang || Jaemin - Renjun
FanfictionTerpisah belasan tahun membuat Rasi tidak bisa menerima kedatangan Bintang begitu saja kedalam hidupnya. Rasi membenci Bintang karena sebuah alasan, meski ia tau itu bukanlah kesalahan adiknya. -Na Jaemin and Huang Renjun brothership local story-