24. I'm Here

1.7K 261 64
                                    

Halo

Vote + Comment

Enjoy!

.

.

.




"Sorry, Ras."

"Gue anggap masalah kita selesai, tapi sampai mati pun gue gak akan sudi kasih maaf buat lo. Mana tas adek gue yang lo ambil."

Jean berjalan tertatih untuk mengambil tas dan ponsel Bintang yang ia simpan dan langsung mengembalikannya pada Rasi.

Rasi mengambil tas adiknya dengan kasar, tidak langsung pergi karena pemuda itu tetap diam sembari menatap tajam kearah Jean yang masih berdiri di hadapannya dengan keadaan yang tak bisa lagi dikatakan baik-baik saja.

BUGH!

Sekali lagi Rasi layangkan pukulan kuat yang tak terduga ke wajah Jean menggunakan tas Bintang, hingga lawannya seketika tumbang dan terkapar lemah karena tenaganya sudah terkuras banyak setelah mendapat banyak pukulan dari Rasi sebelumnya.

"Gue mau bunuh lo, tapi gue gak mau masuk penjara cuma karena ngabisin titisan setan kayak lo."

"Jangan pernah muncul di depan gue, apalagi  di depan adek gue. Atau mungkin lo beneran bakal mati di tangan gue."

Rasi baru benar-benar pergi setelahnya, meninggalkan basecamp Jean dan seluruh penghuninya yang kini berbondong-bondong membawa ketua mereka untuk dilarikan ke klinik terdekat guna mendapat pertolongan.

Kuda besinya dipacu dengan kecepatan tinggi, Rasi tak ingin membuang waktu dan meninggalkan adiknya seorang diri di rumah sakit lebih lama lagi. Ia ingin berada di samping Bintang ketika adiknya sadar.

Balas dendamnya sudah tuntas. Kini, tersisa satu hal lagi yang harus ia lakukan. Meminta penjelasan Bintang tentang penyakitnya.





~~~





Pintu kamar rumah sakit bernomor 208 dibuka perlahan oleh Rasi.

Ia tarik kursi kecil agar bisa duduk di samping brankar, merapatkan dirinya serapat mungkin hingga dadanya menempel pada pagar besi brankar.

Diambilnya tangan Bintang yang terbebas dari selang infus untuk Rasi genggam dan usap lembut. Adiknya belum juga sadar hingga sekarang, membuat Rasi terus rapalkan doa agar Bintang segera siuman.

Dan sepertinya, tuhan mendengar doa Rasi.

Jari kecil dalam genggamannya bergerak pelan, sebelum akhirnya netra coklat Bintang kembali tampakkan sinarnya.

Rasi mengeratkan genggamannya, seraya sebelah tangan yang lain bergerak mengusap rambut halus Bintang.

"Bintang, Bintang kakak disini."

"Kak Rasi.."

"Iya adek, ini kakak. Kenapa? Kepalanya Bintang sakit? Pusing? Atau dadanya yang sakit? Kakak panggil dokter ya?"

Bintang menggeleng pelan, "mau ditemenin aja sama kakak."

"I'm here, Bintang." Rasi usap punggung tangan adiknya, berikan tanda bahwa ia selalu berada di dekat Bintang.

Menit-menit selanjutnya terlewati dengan keadaan sunyi. Dua insan di dalam kamar sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Bintang yang berusaha mengembalikan kesadarannya yang belum sepenuhnya terkumpul, dan Rasi yang setia menjaga sang adik hingga anak itu merasa lebih baik.

Rasi Bintang || Jaemin - RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang