21. I'm Worried About You

1.6K 230 56
                                    

Halo!

Vote + Comment

Enjoy!

.

.

.




Mark yang baru saja menyampirkan tas gitarnya di bahu setelah selesai berlatih bersama anggota eksul musik modern terkejut kala mendengar suara jatuh dari arah bawah tangga.

Segera ia bawa tungkainya berlari untuk melihat keadaan disana, dan matanya seketika membulat melihat seseorang tergeletak tak sadarkan diri dengan darah yang menghiasi sekitaran hidungnya.

Tunggu, Mark seperti mengenal wajah anak ini. Ia mencoba mengingat-ingat nama pemuda yang sepertinya lebih muda darinya itu, hingga satu nama terlintas di kepalanya. Bintang, adik dari temannya!

Mark langsung berjalan menuruni sisa anak tangga dan berjongkok di samping Bintang, berusaha menepuk pipinya walau tetap saja anak itu tidak kunjung sadar dan merespon apapun.

"Hei, Bintang," lirihnya sembari membersihkan darah di sekitar hidungnya dengan dasi yang Bintang kenakan.

"Ayo sadar.."

Mark yang kebingungan mencoba untuk meminta bantuan. Ia menatap sekeliling walau hasilnya percuma, tak ada yang bisa membantunya karena sekarang hanya ada Mark seorang di lobby sekolah. Anak-anak ekskul musik modern yang lain juga sudah pulang tiga puluh menit lebih awal darinya, karena hari ini adalah jadwal Mark piket di ruang musik, pemuda itu menjadi siswa yang pulang paling terakhir.

Ingin membawa Bintang ke uks pun rasanya percuma, ruangan pasti sudah di kunci mengingat hari sudah sore.

Maka ia memutuskan untuk membawa Bintang pulang ke rumahnya, kebetulan hari ini dirinya membawa mobil. Lagipula, menunggu Bintang siuman di rumah lebih baik daripada harus menunggu di lobby sekolah yang sepi. Dan yang paling penting, sore ini teman-temannya sudah berjanji untuk berkumpul di rumahnya, termasuk Rasi yang juga akan datang.

Tanpa ingin membuang waktu lagi, Mark langsung mengangkat tubuh lemas Bintang dan berjalan cepat ke parkiran sekolah. Ia mendudukkan Bintang di kursi samping kemudi, tak lupa menurunkan sandaran kursi dan memasang sabuk pengaman agar tubuh adik dari temannya itu tetap aman.

Dan dalam waktu sepuluh menit, Mark sudah tiba di pekarangan rumahnya.

Bel ditekan berkali-kali hingga pembantu di rumah membukakan pintu, barulah Mark kembali ke mobil dan membawa Bintang masuk ke dalam rumah.

Ia berlari ke lantai atas, menendang-nendang pintu kamarnya agar temannya yang berada di dalam bisa membukakan pintu untuknya.

"Berisik Mark! Gak punya tangan lo?! Manja amat pintu minta dibuk— Astaga?!"

"Woy! Mark?! Itu siapa yang lo bawa?! Lo apain anak orang? Lo pukul ya?!" Pertanyaan beruntun dari Haikal membuat mark melemparkan tatapan tajam padanya.

"Buta lo?! Ini Bintang bodoh, awas jangan berdiri di depan pintu."

Haikal sedikit menggeser tubuhnya agar Mark bisa masuk. Setelah menutup pintu kembali, ia lalu mengekori Mark dari belakang, disusul Hendery yang sedari tadi hanya duduk santai langsung berjalan mendekat dengan heboh.

"Itu Bintang adeknya Rasi?! Kok bisa sama lo?" Tanya Hendery setelah Mark membaringkan Bintang di kasur.

"Gue ketemu dia di sekolah udah pingsan. Mana Rasi? Kok gak ada?"

Rasi Bintang || Jaemin - RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang