Halo
Vote + Comment
Enjoy!
.
.
.
Bintang membawa langkahnya kearah loket tiket otomatis yang tersedia di rumah sakit. Jarinya dengan cepat menekan pilihan dokter tujuannya diantara beberapa pilihan yang tersedia di papan layar sentuh. Setelah kertas nomor antrian keluar, segera ia pergi ke ruangan yang sesuai dengan tulisan pada kertas antriannya.
"Ruangan 502, Dokter Spesialis Penyakit Dalam." Begitu tulisan yang tertera pada pintu ruangan, membuat Bintang langsung menghentikan langkahnya.
Mengetahui ia telah sampai di depan ruangan yang dituju, Bintang lantas mencari kursi kosong yang dekat dengan pintu ruangan tersebut, agar saat suster memanggil namanya, ia dapat mendengar panggilan itu dengan jelas.
Ya, setelah menyelesaikan pekerjaan membersihkan rumah, Bintang bisa pergi ke rumah sakit dengan tenang, tanpa bayang-bayang Rasi yang kesal padanya jika pekerjaan rumah tidak diselesaikan.
Tapi sudahlah, Bintang tak ingin mengingat pertengkarannya dengan sang kakak tadi pagi. Lagipula Bintang mengerti kenapa Rasi tak ikut membantunya, kakaknya sedang buru-buru untuk berangkat kerja kelompok, dan Bintang memaklumi hal itu. Dan lagi, Rasi sudah berjanji akan membersihkan rumah seorang diri minggu depan sebagai ganti karena tidak ikut membantunya hari ini, jadi masalah pertengkaran itu tak perlu di perpanjang.
Hampir satu jam menunggu, akhirnya nomor antrian Bintang disebutkan oleh suster.
Remaja yang datang seorang diri itu menghirup napasnya dalam dan menghembuskannya pelan, berusaha membuat dirinya rileks walau jantungnya tak dapat berbohong karena terus berdetak cepat menandakan Bintang tengah gelisah.
Ia langsung disambut senyuman hangat dari dokter yang diperkirakan berusia 50 tahunan itu. Bintang ikut tersenyum, dan duduk di kursi yang bersebrangan dengan pria yang lebih tua.
"Loh kamu datang sendiri kesini?" tanya sang dokter heran karena tak melihat ada orang lain yang masuk selain Bintang.
"Eum, iya saya sendiri dok."
"Namamu Bintang ya, umur 16 tahun. Masih dibawah umur, kenapa gak datang sama orang tua? Ada masalah?"
"Oh enggak dok, gak ada masalah. Cuma saya masih belum berani untuk lihat hasil pemeriksaannya dengan orang tua, saya takut nambah beban pikiran mereka kalau seandainya mereka tau saya sakit."
Dokter yang tengah membaca formulir Bintang di komputernya mengangguk-angguk. "Saya akan periksa kamu hari ini, tapi saya mau kamu berjanji sama saya. Kalau seandainya ada penyakit yang cukup serius dari hasil pemeriksaan nanti, tolong kasih tau keluarga kamu, jangan disembunyikan."
"Baik dok."
"Kalau gitu, keluhan apa yang mau Bintang konsultasikan?"
"Akhir-akhir ini, saya sering ngerasa sesak dan nyeri dada tiba-tiba dok. Saya emang punya penyakit asma, tapi gak terlalu sering kambuh, dan biasanya kambuh cuma waktu lagi kelelahan banget aja dok. Tapi sesak yang saya rasain akhir-akhir ini, sering banget kambuh walaupun saya gak ngelakuin pekerjaan berat."
"Kapan terakhir kali kamu rasain sakitnya? dan kamu habis ngelakuin apa?"
"Dua hari yang lalu, waktu itu saya habis ikut pelajaran olahraga. Walaupun olahraganya gak sampai satu jam, dada saya rasanya nyeri banget, seluruh badan saya juga sakit. Dan waktu saya lagi ketawa, dada saya rasanya nyeri dok, padahal sebelumnya gak pernah kayak gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasi Bintang || Jaemin - Renjun
FanficTerpisah belasan tahun membuat Rasi tidak bisa menerima kedatangan Bintang begitu saja kedalam hidupnya. Rasi membenci Bintang karena sebuah alasan, meski ia tau itu bukanlah kesalahan adiknya. -Na Jaemin and Huang Renjun brothership local story-