Halo
Vote + Comment
Enjoy!
.
.
.
BRAK!
Pintu berhasil terbuka setelah berkali-kali Rasi dorong sekuat tenaga, sembari terus mencongkel lubang kuncinya hingga rusak.
"Bintang!" matanya menilik kamar mandi yang tidak terlalu besar itu, hingga dalam sekejap ia bisa menemukan keberadaan Bintang yang terduduk lemas di lantai kamar mandi masih dengan baju basahnya.
"Bintang, Bintang lo gapapa?!" Rasi berjongkok di depan Bintang, mengguncang-guncang tubuh lemah itu, berharap adiknya akan terbangun.
"Sssh, kak pusing.." ringis Bintang lemah, pasalnya kepalanya yang sudah pusing dari awal semakin pusing setelah terbentur tembok, dan kini ditambah lagi dengan Rasi yang terus mengguncang tubuhnya.
"Bintang? Ck! Gue kira lo pingsan sialan, gue udah panik banget karena lo gak nyaut pas gue panggil-panggil tadi!"
"Kepala Abin sakit banget kak, tadi kebentur tembok karena kepeleset."
"Ya seenggaknya lo masih bisa denger suara gue kan?! Harusnya lo nyaut kalo dipanggil!"
"Maaf.."
"Kebiasaan tau gak?! Lo tuh bikin orang panik terus. Gue udah mikir macem-macem karena lo gak bales panggilan gue, gue bahkan udah gak bisa mikir hal lain selain lo, gue gak peduli pintu kamar mandi rusak tapi ternyata lo gak sampe pingsan?! Tau gitu gue gak akan buru-buru ngerusak pintu kayak tadi. Susah banget apa bikin orang gak khawatir?! Tinggal nyaut doang biar gue gak panik susah buat lo lakuin, Bintang?!
"Maafin Abin.. Abin salah. Maaf udah bikin kak Rasi khawatir."
"Lo gak tau sepanik apa gue tadi! Lo gak tau gimana takutnya gue kalo sampe lo pingsan dan kenapa-napa di kamar mandi! Lo gak akan tau setakut apa gue kalo ayah sampe tau lo kenapa-napa! Karena gue yang bakal dimarahin ayah kalo hal buruk terjadi ke lo Bin! Gue! Bukan lo!"
Abin hanya diam, kepalanya menunduk dalam, ia tidak berbohong kalau dirinya sangat takut sekarang.
Rasi yang sadar kalau ia sudah berlebihan saat memarahi bahkan membentak Bintang menghela napasnya dengan kasar. Pemuda itu akhirnya menarik pelan pergelangan tangan Bintang yang terkulai lemas di lantai kamar mandi, "ayo bangun," ucapnya sembari mengajak adiknya untuk berdiri.
Pelan-pelan Bintang bangkit walau kepalanya serasa berputar, ia dituntun oleh Rasi untuk naik ke lantai atas, lebih tepatnya ke kamarnya.
Rasi mendudukkan Bintang di kursi belajarnya yang berbahan plastik, karena baju anak itu masih basah, Rasi tak ingin kasur Bintang jadi ikut basah kalau ia duduk disana.
Yang lebih tua lalu berjalan kearah lemari untuk mengambilkan setelan baju hangat untuk sang adik, tak lupa mengambil sapu tangan kecil di dalam rak.
Kakinya beranjak ke kamar mandi yang ada di dalam kamar Bintang, menyalakan keran kearah kiri agar air yang keluar bersuhu hangat, lalu menampung airnya ke dalam baskom yang tidak begitu besar.
Rasi kembali ke hadapan Bintang membawa baskom air hangat, "buka bajunya."
Bintang hanya menurut, ia tak banyak bicara ataupun menolak, takut kakaknya akan marah dan membentaknya lagi kalau ia salah bertingkah. Kemeja basahnya dilepaskan hingga kini ia bertelanjang dada. Rasi langsung menyampirkan handuk di pundak Bintang untuk menutupi punggungnya agar ia tidak kedinginan, karena sedari tadi Bintang tidak henti-hentinya menggigil. Setelahnya, si pemuda Leo mulai mencelupkan sapu tangan kedalam baskom, memerasnya sebentar lalu mengelap seluruh badan Bintang dengan telaten, begitu pula di bagian wajah hingga sela jari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasi Bintang || Jaemin - Renjun
Fiksi PenggemarTerpisah belasan tahun membuat Rasi tidak bisa menerima kedatangan Bintang begitu saja kedalam hidupnya. Rasi membenci Bintang karena sebuah alasan, meski ia tau itu bukanlah kesalahan adiknya. -Na Jaemin and Huang Renjun brothership local story-