Halo
Vote + Comment
Enjoy!
.
.
.
Rasi menghembuskan napasnya kasar setelah berjam-jam berkutat di depan kertas, melukis sebuah gambar dengan cat air yang akan menjadi tugas akhir dari pelajaran seni budayanya di semester satu.
"Hah..gila, empat jam gue lukis ginian doang," gumamnya sembari menyandarkan punggung tegapnya yang terasa kaku ke sandaran kursi.
Tugas seni budaya yang kali ini benar-benar menguras emosi Rasi, banyak hal yang harus ia lakukan berulang kali, termasuk menahan emosi.
Di tugas ini, Rasi harus 5 kali mengulang hingga dirinya kehabisan kertas khusus untuk cat air.
Gambar pertamanya gagal dan tidak sesuai dengan keinginannya, sedangkan gambar kedua tidak sengaja terkena tumpahan kopi yang gelasnya tak sengaja disenggol tangannya sendiri, berakibat kertasnya basah total dan gambarnya hancur total. Pun dengan gambar yang ketiga sampai kelima, Rasi terus saja melakukan kesalahan pada gambarnya.
Rasi hampir mengamuk dan mengacak-acak seluruh isi kamarnya kalau saja ia tidak bisa menahan diri. Pemuda itu stress, tugasnya harus dikumpulkan lusa, tapi ia belum berhasil membuat gambarnya, bahkan setengah gambar pun belum jadi. Sedangkan esok hari ia harus mengikuti pertandingan basket, Rasi tidak punya waktu lain untuk menyelesaikan gambarnya kecuali malam ini.
Maka dengan segenap sisa kesabarannya, Rasi keluar untuk pergi ke toko buku dan alat tulis terdekat, membeli kertas 200gsm khusus cat air. Menerobos angin malam yang saat itu lebih dingin dari hari biasanya karena hujan baru saja reda.
Ia menyelesaikan lukisannya hingga larut malam, dari pintu kamarnya yang sedikit terbuka, Rasi bisa melihat kamar Bintang sudah gelap gulita, tak terdengar suara apapun dari sana, ia yakin sekali si pemilik kamar pasti sudah tertidur pulas.
Mata Rasi semakin memberat, tak ingin memotong waktu tidurnya lebih lama, pemuda itu lantas berbaring di kasur empuknya. Punggung Rasi serasa dimanjakan, semua rasa pegal yang mendera punggungnya sejak berjam-jam yang lalu seolah hilang setelah bertemu dengan kasur.
Tak sampai sepuluh menit, pemuda Leo itu sudah nyenyak dalam tidurnya.
~~~
"Ugh.."
"Kenapa dada Abin sakit.."
Bintang bergumam mengeluh, raut wajahnya jelas menahan sakit, tangannya meremas dada dengan kuat. Entah kenapa dirinya merasa tak enak badan hari ini. Ah.. sebenarnya bukan dari hari ini, tapi dari kemarin malam. Hanya saja kemarin malam dadanya tidak sesakit pagi ini.
Bintang kira, jika ia bawa tidur, maka di pagi harinya sakit di dadanya akan hilang, tapi justru pagi ini sakit yang ia rasakan makin menjadi-jadi.
"Apa Abin kecapean ya? Jadi dada aku sakit. Atau mungkin asma Abin mau kambuh lagi?" Pikirnya dalam hati. Ia hanya sendirian sekarang, tak ada Rasi yang bisa ia jadikan tempat mengadu atau bertanya karena pemuda itu kini sedang berada di kamarnya, begitupun sang ayah yang masih bekerja di luar kota dan baru akan kembali beberapa hari lagi.
Beberapa detik terdiam akhirnya Bintang bangkit dari duduknya, berjalan dengan langkah lambat dan punggung yang membungkuk karena menahan rasa sakit di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasi Bintang || Jaemin - Renjun
FanfictionTerpisah belasan tahun membuat Rasi tidak bisa menerima kedatangan Bintang begitu saja kedalam hidupnya. Rasi membenci Bintang karena sebuah alasan, meski ia tau itu bukanlah kesalahan adiknya. -Na Jaemin and Huang Renjun brothership local story-