XI

1.7K 131 6
                                    

Johnny sedang duduk termenung di balkon kamar apartemennya. Ia merasa sangat putus asa dan mulai ragu atas keputusannya untuk menikahi Doyoung. Ia bahkan tidak mendengar Doyoung masuk ke kamarnya untuk menidurkan Haechan yang sudah terlelap di gendongannya.

"Sedang memikirkan apa John?" Doyoung bergabung duduk di samping calon suaminya itu.

"Sepertinya aku gagal menjadi ayah untuk Haechan." ucap Johnny yang masih menatap jauh langit gelap yang ada di depannya.

"Mengapa kau bicara seperti itu?" suara Doyoung meninggi.

"Dia cacat karena aku Doyoung~aaa!" balas Johnny. Tatapan matanya begitu nanar.

"ini semua karena aku!!!" Lanjut Johnny yang kini tangisnya pecah.

Lelaki itu menunduk sambil menjambak rambutnya.

"Hey look at me! Haechan bukan anak yang cacat. Tuhan menjadikan dia anak yang istimewa untuk kita. Jangan pernah bicara seperti itu lagi. Oke?" Doyoung meraih kedua pipi Johnny dan menghapus air matanya.

"Really?" Johnny masih terisak.

"Sure, dia anak yang periang, baik dan cerdas. Dia hanya tidak bisa terlalu kelelahan saja. Kau sudah menjadi ayah yang sangat baik untuk Haechan. Aku tidak pernah melihat kau memarahinya. Kau sudah merawatnya dengan penuh kasih sayang. Jadi jangan pernah berkata seperti itu lagi. Arrachi?"

Johnny mengangguk seperti anak kecil, lalu ia memeluk Doyoung. Tidak, anggukan itu mengingatkan Doyoung dengan Haechan. Ia kini menyadari bahwa Johnny banyak menurunkan kebiasaan dan tingkah lakunya ke anak itu.

"Terimakasih sudah menerima kami dengan semua kekurangan ini Doyoung~aaa." ucap Johnny.

"Tidak ada yang kurang bagiku. Aku sangat bersyukur karena semesta mengirimkan dirimu dan Haechan untukku. Hidupku jauh lebih berwarna sekarang." ucap Doyoung tulus.

...

Johnny sangat shock ketika mendengar penjelasan Dokter siang tadi bahwa Haechan mengidap gangguan ambliopia. Ambliopi warna adalah gangguan yang mana salah satu mata Haechan memiliki daya penglihatan lebih buruk dari mata yang satunya. Hal itulah yang membuat Haechan selalu bingung mencari warna ataupun objek, karena otaknya akan lebih fokus menangkap visual yang lebih baik kemudian akan menyeimbangkan objek yang ia tangkap oleh kedua matanya.

Meskipun gangguan itu tidak berbahaya namun Haechan masih harus berada dalam pengawasan mereka.

"Mulai sekarang kau harus menceritakan apapun yang sedang mengganjal di pikiranmu. Jangan berdiam diri seperti ini. Kau membuatku khawatir." Doyoung mencubit pipi Johnny.

"awwhh, it was hurt babe." ucap Johnny mendramatisasi reaksinya.

Doyoung tersenyum hangat, ia lega melihat Johnny kembali seperti semula. Pun demikian dengan Johnny, ia merasa lega karena Doyoung jauh lebih mengerti dan menerima keadaannya.

"Masuk dan tidurlah, di luar dingin. Besok kita akan menikmati liburan terakhir kan?" ucap Doyoung.

"ani- aku tidak bilang jika besok liburan terakhir." jawab Johnny.

"Bukankah kalian berlibur seminggu disini?" tanya Doyoung bingung.

"aku kesini untuk menikahimu Doyoung~aaa." ucap Johnny.

"Nee?" Doyoung lagi-lagi seperti salah dengar.

"Kami akan disini selama sebulan Doyie. Setelah ini kau akan sibuk dengan persiapan pernikahan kita."

"bukankah ini terlalu cepat?" tanya Doyoung.

"apakah kau ragu?" Johnny kini menatapnya khawatir.

"tidak, hanya saja waktunya mungkin tidak cukup untuk mempersiapkan pernikahan kita, dan juga aku belum bertemu dengan orang tuamu."

NEW HOME || JOHNDO (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang