Happy reading :)
.
.Via mengikuti Oji menyusuri bagian dalam Q&A Cafe. Sebenarnya tempat ini bukan sekadar kafe dan kantor untuk Q&A Corps. Begitu melewati satu pintu kaca lepas dari dapur terbuka kafe, ada beberapa ruangan yang sengaja di kotak-kotak. Dalam satu ruangan yang dikelilingi kaca, ada meja bundar berikut televisi dan pendingin serta bangku untuk lima sampai enam orang.
Selama ini, Via tidak pernah memasuki ruangan-ruangan yang disewakan sebagai co-working space. Selain ruangan ini kerap terisi setelah di re-launch tiga bulan lalu, ia belum pernah kemari sejak seluruh dunia dalam keadaan pembatasan jarak secara fisik dengan ketat.
Oji melewati ruangan-ruangan itu, lalu membuka satu pintu terakhir. Kantor Q&A Corps yang jarang tersentuh. Biasanya, mereka hanya kemari untuk menjamu tamu dengan isi pembicaraan rahasia. Selama tiga tahun bekerja, Via baru menginjakkan kaki sebanyak tiga kali, termasuk teken kontrak dan hari ini. Sisanya, ia bekerja dari rumah atau kafe.
Tanpa disuruh, Via langsung duduk di sofa selagi Oji mengambil botol minum dari cooler. Ia melempar satu untuk Via, tidak peduli botol itu sampai ke tangan gadis itu atau tidak. Untungnya, lemparan Oji tepat sasaran. Via mendapatkan botol minuman itu dengan sekali tangkap.
"Sok jago lo," gumam Via pelan. Ia membuka botol minum, meneguk seperempat botol. "Jadi, lo ngajak gue ke sini tuh mau ngomong apa?"
Oji tidak menjawab. Mulutnya masih penuh dengan air yang diteguknya barusan.
Via lantas meneruskan. "Bukannya bagus kalau kita pisah jalan sekarang? Bisnis lo udah bagus, peran gue juga nggak sentral-sentral amat. Banyak yang bisa gantiin posisi gue kok."
Oji menelan semua airnya, kemudian ikut duduk berhadapan dengan Via. "Gue tahu itu."
Sejak pertama saling mengenal, baik Via maupun Oji tidak pernah bicara secara biasa. Maksudnya, bicara tanpa sinis dan saling sindir. Ini kali pertama Via mendengar Oji menanggapi kata-katanya dengan kalem, di saat mereka hanya berdua saja.
Mereka saling mengenal jauh sebelum bertemu sebagai staf pertama SmallHelp. Bukan pula ketika Dimas dan Aries gencar mencari teman maupun senior kampus untuk memulai bisnis bersama. Via dan Oji sudah saling kenal jauh sebelum itu. Lewat kedua orang tua mereka, Ayah dan ibunya Oji.
Saat Via baru saja lulus menjadi mahasiswi, Ayah mengajaknya bertemu untuk kali pertama pasca pisah dengan ibunya. Tentu saja, Via awalnya ragu untuk bertemu. Ia masih terbayang dengan isak tangis Ibunya setiap malam, bahkan sampai memutuskan pindah ke kampung halaman. Leo juga sama sekali tidak pernah menyebut-nyebut Ayah, sampai ikut menemani ibunya tinggal di Jogja. Tidak seperti ibu dan kakaknya, Via belum menukar nomornya dengan nomor baru. Saat itu, harapannya adalah Ayah akan menghubungi.
Namun, harapan memang jarang sesuai dengan realita. Ketika bertemu dengan ayahnya, ia tidak menyangka bahwa ayahnya mengajak bertemu bukan karena rindu. Beliau mengajak Via bertemu untuk berkenalan dengan calon keluarga barunya--istri baru dan anaknya sekaligus menjadi kakak tiri, yaitu Oji. Alasan dipertemukannya mereka atas pertimbangan Via mengenyam pendidikan tinggi di kampus yang sama dengan Oji. Di samping itu, ayahnya juga meminta izin Via untuk menikah kembali secara hukum. Yang membuat Via sakit hati, rupanya Sang Ayah sudah lebih dulu menikah secara agama tanpa memberitahunya. Entah kapan itu terjadi. Perkiraan Via, pernikahan siri itu sudah terjadi sebelum orang tuanya resmi bercerai.
Saat itu lah, Via mulai mengambil jarak dan semakin memisahkan diri dari jalinan yang sekiranya akan mengikatnya. Kalau dipikir-pikir, alasan ia terus menolak pinangan Dimas juga karena belajar dari sana. Via menganggap, angan tidak akan pernah selaras dengan realita. Harapan, keinginan, selalu bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi. Ia takut menerima kenyataan yang berbeda dari harapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAW(LESS)
ChickLit(Status: Completed) Livia Octavira merelakan lelaki yang mencintainya pergi karena ragu. Padahal Dimas adalah satu-satunya lelaki yang membuat hidupnya sempurna: mencintai dengan sabar, setia, dan tentunya mapan. Titik terendah hidupnya hadir saat...