12

3.4K 594 34
                                    

Happy reading! 

(Psst. Baca ampe akhir ya. Terima kasih)

"Di jalur empat, telah tersedia kereta Mutiara Selatan dengan tujuan akhir stasiun Malang. Bagi para penumpang yang telah memiliki tiket untuk segera boarding karena kereta akan segera diberangkatkan."

Dia masih berdiri ragu di depan gerbang selatan Stasiun Gambir dengan tiket boarding di tangan. Kereta api Mutiara Selatan tujuan Malang dengan jadwal keberangkatan persis sama, sekitar lima belas menit dari sekarang.

"Mutiara Selatan! Penumpang Mutiara Selatan!"

Petugas stasiun sudah berulang kali memanggil penumpang Mutiara Selatan yang belum melakukan check-in. Salah satunya adalah Via. Antrian check-in cukup panjang mengingat para penumpang kereta Argo Parahyangan dengan jadwal keberangkatan hampir sama dengan para penumpang Mutiara Selatan. Calon penumpang kereta lainnya juga melakukan prosedur check-in sambil menunggu kereta tiba.

"Bagi penumpang Mutiara Selatan, segera lakukan check-in karena kereta akan segera berangkat!"

Via menggerakkan tubuhnya untuk tidak lagi diam di tempat, mengambil antrian untuk melakukan prosedur check-in. Sialnya, dia malah tersenggol calon penumpang lain hingga tas jinjingnya terlepas.

"Duh, jangan di tengah jalan dong Mbak! Matanya dipake buat apa sih? Main senggol aja."

Kesialannya berlipat ganda karena calon penumpang yang ditabraknya adalah ibu-ibu dengan karakter mulut pedas. Via sama sekali tidak memiliki niat untuk membalas mulut pedasnya itu. Tenaganya untuk membalas sudah habis lebih dulu sebelum datang kemari.

"Maaf, maaf," Via membalas dengan gumam pelan. Dia mengambil posisi di antrian sebelah kanan setelah meraih tas jinjingnya.

Lolos dari antrian check-in, Via mengambil tangga menuju peron untuk jalur 4. Sisa tiga menit sebelum berangkat, Via sudah masuk ke dalam gerbong makan kereta Mutiara Selatan dan duduk di salah satu meja yang ada.

"Penumpang yang kami hormati, selamat datang di kereta Mutiara Selatan yang akan membawa Anda tujuan akhir di stasiun Malang. Perjalanan ini..." Via langsung mengganjal pendengarannya dengan airpods yang tersambung pemutar musik pada i-phone miliknya. Daripada mencari kursi miliknya, Via memilih untuk duduk di gerbong makan sambil menunggu kereta ini setidaknya sampai Stasiun Bandung. Setelah itu, dia akan mencari kursinya di bagian eksekutif dan duduk diam sampai tujuannya, Stasiun Yogyakarta.

Hari ini, Via memutuskan untuk tunduk pada keputusan para petinggi SmallHelp. Dia menyanggupi keinginan mereka untuk menggali potensi pasar di sana dalam kurun waktu cukup lama. Tiga bulan.

Lebih baik mempertahankan diri dengan menyanggupi keinginan mereka, daripada mengundurkan diri dengan kondisi yang tidak berterima.

***

"Kalau bersikeras menolak, Mbak boleh menyerahkan surat pengunduran diri sekarang juga."

Beberapa jam lalu, Via masih berada di kantor. Tepatnya di ruang rapat. Usai pertemuannya dengan Nara, mereka masih bertahan untuk melanjutkan agenda rapat dadakan. Soal ekspansi pasar yang disarankan Dinara beberapa waktu lalu.

Aries dan Dimas terkejut mendengar ucapan tegas Dinara. Perempuan yang dulunya didikan Via ketika bergabung di SmallHelp itu meminta seniornya untuk mundur dari SmallHelp.

"Dinara! Kamu apa-apaan!" Dimas yang menanggapi ucapan Dinara tidak percaya.

Via sama sekali tidak menyangka kalau Dinara bisa setega itu menyuruhnya mundur dari SmallHelp.

FLAW(LESS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang