"Akhsita Safira Indraja, will you marry me?"
Pengumuman Azle di tengah panggung, saat Safira Indraja, tunangannya, naik panggung. Seakan pengumuman belum cukup, Azle berlutut di hadapan Fira. Ribuan penonton menjadi saksi anggukan kepala Fira yang menerima lamaran Azle malam itu.
Via memilih untuk tidak melihat kelanjutan dari momen bahagia Azle dan Fira sebelum berduet: bagian Azle mencium kening Fira, diiringi sorak-sorai penonton yang ikut bahagia. Tangannya mengepal erat. Via bisa merasakan tubuhnya bergetar, sesaat setelah riuh penonton memenuhi sudut gymnasium.
Dia bahagia. Tentu saja, dia ikut senang dengan pencapaian Azle dan Fira yang sampai pada tahap berkomitmen hidup bersama. Namun reaksi tubuhnya berkata lain. Ingin rasanya lari dari sini untuk mencari pelampiasan. Kemana saja, tanpa diikuti tatapan orang-orang. Dia tidak ingin merusak hari bahagia Azle, sahabat kecilnya yang pernah singgah di kehidupannya sebagai kekasih.
"Kamu nggak senang kalau Azle akhirnya menikah?"
Bisikan Dimas, yang berada di sisinya, terdengar jelas. Kalimat itu mengaburkan riuh dan alunan musik yang mulai dimainkan Azle dan Fira di panggung.
Via menggeleng. "Gue sama Azle udahan, Dim."
"Begitu juga dengan kita." Jawab Dimas, sambil mengendurkan tautan tangan yang menggenggam jemarinya dan Via. "Kecuali elo mau mempertimbangkan lagi. Jawaban elo setahun yang lalu itu masih bisa diralat. Kita akan kembali berhubungan lebih serius."
"Dimas, gue..."
"Kalau jawaban kamu tetap nggak bisa dan nggak mau, mending kamu lepas aku."
Dimas menggunakan kata ganti yang selalu digunakannya sebelum melamar Via. Aku dan Kamu.
Keduanya saling tatap. Keramaian membuat keduanya larut dalam diam cukup lama. Lagu bernuansa romantis yang dimainkan Azle dan Fira dengan instrumen masing-masing tidak membuat ketegangan di antara Via dan Dimas melunak.
Tatapan Dimas cukup membuat Via yakin kalau lelaki itu butuh jawaban darinya secepat mungkin. Soal hubungan mereka yang tidak jelas muaranya ini.
***
Penampilan Azle belum selesai, tapi Via dan Dimas memilih untuk keluar gymnasium lebih dulu.
Dimas mengajak untuk membicarakan hubungan mereka belum sepenuhnya putus. Ketika Via menolak lamarannya satu tahun lalu, hubungan mereka masih sama. Hanya saja, tidak lagi nyaman untuk Dimas. Jawaban Via satu tahun lalu masih mengganjal hati Dimas.
Pembicaraan soal kelanjutan hubungan mereka memang tidak pernah jelas setelah kejadian itu. Keduanya masih saja dekat seperti tidak ada badai yang menghantam hubungan mereka. Istilah 'break' sebatas lisan karena Dimas selalu bertemu Via di tempat kerja. Via masih bertingkah seperti kekasihnya setiap mereka berduaan. Sikap ini sungguh membingungkan untuk Dimas.
Dimas sadar kalau hubungannya dengan Via telah berlangsung lebih dari tujuh tahun. Saat mereka masih sama-sama kuliah, hingga merintis bisnis yang segera naik kelas. Dimas sama sekali tidak pernah meninggalkan Via, begitu juga sebaliknya. Hubungan mereka juga tidak semudah itu berubah tanpa alasan jelas. Kedua orang tua Dimas, adiknya, bahkan seluruh anggota keluarga besar orang tua Dimas sudah mengenali Via sebagai calon pasangan hidupnya.
Mereka kerap bertanya hubungannya dengan Via akan bermuara kemana. Setelah bisnis rintisannya banyak dikenali, Dimas harus menyiapkan sepasang telinga dan mulut manis untuk menanggapi pertanyaan kapan nikah.
Dan membicarakan hal ini di tengah riuh penonton sangatlah tidak mungkin. Apalagi beberapa sahabat Via juga berada di sana. Dimas yakin kalau Via tidak ingin masalahnya diketahui oleh para sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAW(LESS)
ChickLit(Status: Completed) Livia Octavira merelakan lelaki yang mencintainya pergi karena ragu. Padahal Dimas adalah satu-satunya lelaki yang membuat hidupnya sempurna: mencintai dengan sabar, setia, dan tentunya mapan. Titik terendah hidupnya hadir saat...