Chapter 8: Big Baby & Moonster

2.3K 204 6
                                    

     Irene melangkahkan kaki dengan membawa kantung plastik yang berisikan beberapa makanan didalamnya. Ia baru saja membelinya dari kantin rumah sakit, semoga saja Moonbyul suka dengan makanan yang ia bawa itu.

'102' tertera dipintu yang merupakan nomor kamar Seulgi. Langsung saja Irene membukanya, ia sudah tidak sabar memberikan makanan itu kepada bosnya.

Begitu pintu terbuka, senyum Irene mendadak hilang direnggut sesuatu, "Dimana Moonbyul?" tanya wanita itu karena netra nya tidak bisa menemukan sosok wanita yang mulai mengisi relungnya.

"Tidak ada, ia bilang ingin pergi kekantor."

Irene menghembuskan nafasnya kecewa. Tadi Moonbyul tidak mau pergi dan memaksa ingin menemai, tapi kenapa ia sekarang malah pergi?

Dengan amat sangat malas Irene mengeluarkan makanan yang tadi ia beli, seleranya mendadak sirna, mungkin dibawa oleh Moonbyul.

"Apa itu? Apa aku boleh memakannya?" pinta Seulgi ketika melihat sebuah kotak yang terlihat menarik.

Irene jadi tersadar dan mengikuti arah pandangan Seulgi, "Boleh, lagi pula aku tidak suka ayam." Irene memang tidak menyukai ayam, ia membelinya semata-mata karena Moonbyul.

Wanita Bae itu menaruh kotak Chicken itu diatas nakas, ia melihat raut wajah Seulgi yang langsung berubah.

"Kenapa?"

"Bukan kah aku sedang sakit?"

Irene mengerti, Seulgi pasti meminta untuk disuapi. "Tanganmu baik-baik saja kan? Bukan kah yang sakit itu kepalamu?"

Seulgi semakin mengerucutkan bibirnya. Jika dilihat dengan seksama sebenarnya punggung tangan Seulgi sedikit merah diujungnya, itu ia dapati karena menghajar targetnya kemarin.

"Memang kepalaku yang sedang sakit, tapi apa kau lupa bahwa otak lah yang menggerakan tangan ku dan sekarang kepala sakit itu berarti-"

"Sstt sudah sudah.. Aku akan menyuapimu bayi besar."

Irene mengalah, berurusan dengan manusia berkepala batu ini sangat melelahkan, lebih baik ia menuruti kemauannya dari pada harus mendengarkan ia berceloteh.

Dengan telaten dan sangat terpaksa Irene menyuapi Seulgi. Ia heran melihat orang sakit itu makan dengan lahap, tidak terlihat seperti kebanyakan orang sakit. Seulgi manusia aneh.

Ceklek..

Pintu itu terbuka dan masuklah seorang wanita paruh baya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kang Yoona; ibu Seulgi.

"Aigoo.. Bayi kecilku pasti sangat merepotkanmu ya?"

'sangat..' batin Irene menggerutu

"Ahh tidak Bibi, tapi Seulgi memang sedikit manja."

Yoona berjalan menghampiri anaknya lalu memberikan sebuah jitakan pada dahi Seulgi dan membuat anaknya itu meringis.
"Bisa-bisanya kau mencari kesempatan dalam kesempitan Kang Seulgi."

Dalam hati Irene bersorak gembira, memang sesekali Seulgi harus diberi pelajaran.

"Sudah selesai makannya?" tanya Yoona ketika melihat Irene mengemas kembali sisa makanan itu ke kantung plastik.

"Ahh iya Bibi, Seulgi makan dengan lahap."

"Hanya Seulgi? Kau tidak makan?" kali ini Yoona berjalan melewati ranjang dan menghampiri Irene.

"Sudah, aku juga menghabiskannya."

"Baguslah kalau begitu." wanita cantik itu mengelus kepala Irene. "jangan sampai kau yang sakit."

Irene tersenyum membalas tutur lembut wanita disampingnya itu.

"Appa sudah terbang lagi?"

Atensi Yoona beralih pada anaknya. "Belum, appa kesayangan mu itu sedang tidur dengan pulasnya, dia bahkan terlihat seperti bangkai."

Seulgi terkekeh, kedua orang tuanya itu memang seperti tom & jerry, selalu saja ada yang dipertengkarkan, terkadang Seulgi juga menjadi alasan mengapa mereka berdebat. Mereka sama-sama ingin memberikan yang terbaik untuk anak kesayangan itu.

"Karena sekarang sudah ada bibi yang menjaga Seulgi, lebih baik kau pulang, wajahmu terlihat sangat lelah."

Irene bahkan tidak bisa tidur karena menghawatirkan Seulgi. Sampai ia rasa kantung matanya menebal dan sangat berat sekarang.

"Eum baiklah kalau begitu, Terimakasih bibi."

"Aku yang seharusnya berterimakasih."

Setelah pamit, selanjutnya Irene melangkah pergi. Ia sejenak melihat Seulgi yang menatapnya dengan sebuah arti, pasti Seulgi menginginkannya untuk terus menemani, Irene tahu itu.

Sementara itu disisi lain terlihat Moonbyul dengan pakaiannya yang berubah formal berjalan memasuki kantor. Melihat atasannya itu datang para karyawan langsung meyapanya dengan ramah, tapi atasannya itu malah memberikan wajah suram tidak ada cerahnya sama sekali.

"Euh? Katanya kau tidak akan masuk." Hyejin mendapati Moonbyul ketika atasannya itu hendak masuk ke ruangannya.

"Perhatikan cara bicaramu, kita sedang berada dikantor."

Hyejin cukup dibuat merinding dengan nada bicara Moonbyul, apa wanita itu akan berubah menjadi moonster seperti kemarin kemarin?

Setelah itu Moonbyul berlalu masuk keruangannya meninggalkan Hyejin yang diam mematung. Langsung saja ia duduk dikursi kebesarannya.

"Agghh..!" wanita itu mengusak surainya frustrasi. Mengapa ia harus jatuh cinta pada orang yang sama dengan Seulgi. Apakah ia harus mengalah? Atau ia harus berjuang? Melihat raut wajah Seulgi yang begitu berharap sepertinya membuat Moonbyul menjadi enggan untuk berjuang. Ia tidak pernah melihat tatapan sahabatnya itu dipenuhi dengan cinta, selalunya anak buahnya itu hanya main-main dengan wanita diluaran sana. Berbeda ketika ia bersama Irene, Moonbyul tahu Seulgi menjatuhkan hatinya disana.

Didetik berikutnya Hyejin masuk menghampiri nya, "Ada meating dengan perusahaan H&G company satu jam lagi, kau harus bersiap-siap Nona Moon." ucap wanita dengan pakaian minim itu.

"Kau saja yang datang, bilang aku sedang tidak bisa hadir." balas Moonbyul sembari memijat pangkal hidungnya.

"Tapi peru-"

"Sudah ku bilang kau saja Hyejin! Apa tidak jelas?"

"Bb-baik Nona Moon." sekretaris bertubuh seksi itu pergi meninggalkan ruangan Moonbyul. Ruangan itu sedang berubah menjadi kandang singa, sangat mencekam jika masuk kedalamnya.

.
.
.
.
.

TBC

Terimakasih sudah membaca cerita ini ^_^

Vote & comment!

MY BO$$ || SEULRENE ✔COMPLETE ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang