04 💍 Melbourne Dalam Jarak Dekat

1.2K 328 61
                                    

Apa kabar senjamu????
Sudah berbuka puasa Tasua, hari ini?

Selamat Membaca

Kedua kalinya hidup di negara sebagai pendatang tetapi untuk pertama kali bersanding dengan heterogenisme dalam lingkungan yang lebih sempit. Orin menyewa sebuah flat yang dihuni bersama dengan beberapa teman yang berasal dari beberapa negara dengan budaya dan akidah yang berbeda-beda.

Menjadi kaum minoritas, berjuang untuk tetap berjalan lurus di tengah lautan perbedaan yang begitu mencolok mata. Tidak ada kata lain selain mendengungkan kalimat istigfar untuk menetapkan hati dan yakin bahwa Allah selalu memberikan penjagaan atas dirinya saat terpisah benua dengan kedua orang tuanya.

Orin melangkah menyusuri kota, melihat betapa indah kota yang terkenal dengan gaya hidup termahal di Aussie ini. Sambil sesekali melihat apa yang bisa dia lakukan untuk mengisi waktu luangnya ketika tidak sedang kuliah.

Orin sengaja membeli sebuah surat kabar lokal yang di dalamnya banyak sekali iklan lowongan pekerjaan. Awalnya dia berminat untuk bekerja part time di sebuah cafe atau restoran tapi sepertinya pekerjaan itu tidak cocok dengan penampilannya. Namun, saat hendak melipat kembali harian lokal itu matanya menangkap sebuah iklan yang bisa menyembunyikan identitasnya dan tidak perlu menunjukkannya kepada orang lain.

Berbekal dengan hobi dan sedikit pengetahuan, Orin berniat untuk mengajukan surat lamaran sebagai copywriter di sebuah jasa periklanan.

"Rin, kamu sudah melaksanakan amanah Abi atau belum?" tanya Umi Nur ketika mereka sedang tersambung dalam saluran telepon.

"Belum, Umi. Orin harus naik pesawat untuk lebih mudahnya sampai di sana. Selain itu, semester ini Orin masih beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal Orin yang baru."

"Siapa pun teman kamu di sana, jangan sampai terpengaruh dengan hal-hal yang Umi dan Abi titipkan untuk selalu kamu jaga."

"Iya, Umi. Orin mengerti. Insya Allah, Orin selalu ingat. Tapi Abi dan Umi terus doakan Orin ya, supaya Allah selalu melindungi dan menjaga Orin di sini."

"Pasti itu anakku."

Orin kembali melihat beberapa jadwal kegiatan kampus. Masih terlalu padat jika dia harus melakukan perjalan ke negara bagian lain walau dengan pesawat.

"Chaterine Street, Punchbowl, New South Wales." Orin mengeja alamat yang diberikan abinya untuk segera didatangi setelah sampai di Aussie.

Tidak ada keterangan lain, abinya hanya berpesan untuk menemui keluarga Ustaz Manshurin, teman beliau yang sudah lama bermukim di barat daya kota Sydney itu.

"Orin, why are you daydreaming? Class will be starting soon, we have to get ready to go to college."

"Oh, yeah, I'm ready to go. Wait a minute." Orin segera mengenakan sepatunya lalu mengikuti langkah lebar teman seflatnya menuju ke kampus mereka.

Meski Orin masuk ke jurusan sesuai dengan keinginannya bukan berarti dia bisa langsung menikmati. Ternyata dia masih harus meluangkan banyak waktu untuk belajar mengejar ketertinggalan dalam banyak materi yang bahkan belum pernah dia dapatkan sebelumnya.

Sehingga perpustakaan menjadi tempat paling nyaman, karena selain belajar, Orin juga bisa melakukan pekerjaan barunya.

"Rin, nggak balik ke flat?" Salah seorang teman Orin yang berasal dari Indonesia duduk di samping Orin saat dia sedang sibuk bergelung dengan laptopnya.

"Eh, lagi menulis apa itu?" Orin menoleh sesaat lalu menurunkan layar laptopnya.

"Kamu kerja sampingan di sini?" Orin tersenyum. Sebenarnya dia tidak sedang melakukan pekerjaannya, hasil design iklan dan kata-katanya sudah selesai dia kirimkan ke perusahaan. Semoga pengguna jasa iklannya menyukai dan dia akan menerima upah untuk itu dari perusahaan. Orin sedang melengkapi diary perjalanan hidupnya selama menjadi mahasiswa di Monashy University.

Cahaya SYDNEY [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang