(Chapter ini mengandung mature content)
Pagi itu di lokasi syuting terasa sedikit berbeda. Para staff melirik Jisung dan Wonyoung berkali-kali membuat tentu saja mereka terutama Park Jisung merasa tidak nyaman.
"Ah, benar-benar." gerutunya kesal. Jaemin yang berdiri di sebelahnya menepuk pundak itu pelan beberapa kali. Menyalurkan ketenangan baginya.
"Selamat pagi."
Keduanya mendongak mendapati Wonyoung dan manajernya membungkuk singkat memberi salam.
"Maafkan aku. Ini salahku karena ikut bersama kalian hari itu."
"Maafkan saya karena hari itu meninggalkan Wonyoung hingga hal ini terjadi."
Ucapan itu dapat Jaemin rasakan begitu tulus, pun raut wajah mereka yang jelas menggambarkan perasaan bersalah. Jaemin jadi tidak enak.
"Ah, tidak. Ini bukan salahmu. Tidak perlu minta maaf, Wonyoung-ssi. Anda juga. Saya yang menawarkan Wonyoung-ssi untuk bergabung."
"Jaemin benar. Hal begini sudah tidak asing di industri ini. Tidak apa. Semua sudah terselesaikan dengan baik." sambung Jisung.
Baik Jaemin dan Wonyoung sedikit terkejut mendengar reaksi Jisung yang terdengar tidak ketus seperti perlakuannya di hari-hari lalu pada gadis itu. Justru kali ini Jisung terdengar begitu dewasa.
Wonyoung menjadi malu, entah bagaimana dia pernah berharap kejadian semacam ini terjadi, tapi setelah melaluinya ia menyadari bahwa ini salah. Dia menyukai Park Jisung, tapi tidak ingin memulainya dengan cara seperti ini. Ini artinya dia tidak menang dengan usahanya sendiri. Malah bisa-bisa menjatuhkan mereka berdua.
"Baiklah, terima kasih. Aku permisi dulu." Setelah membungkuk singkat sekali lagi, Wonyoung dan manajernya melangkah pergi menuju ruang gantinya.
"Dia benar-benar merasa bersalah. Padahal ini salahku yang ikut campur." Jaemin menghela napas.
Jisung mendongak pada Jaemin yang sedari tadi berdiri di sebelahnya yang tengah duduk. Wajah tampan itu tersenyum membuat hati Jaemin merasa sedikit tenang.
"Aku tahu kau tak bermaksud buruk saat itu. Aku minta maaf juga karena terus-terusan memarahimu waktu itu. Semuanya sudah berlalu, lebih baik kita lupakan, ya?"
"Park Jisung, kau tahu?"
Yang lebih muda menaikkan kedua alisnya, menunggu kelanjutan kalimat Jaemin.
"Belakangan ini kau terlihat lebih dewasa-"
Jaemin membungkuk, mendekatkan wajahnya ke arah telinga Jisung dan berbisik, "Itu membuatku lebih berdebar dari biasanya."
Setelahnya ia langsung kembali menegakkan tubuhnya, "Aku akan pergi mengambil kopi dulu."
Kemudian pergi meninggalkan Park Jisung yang membatu karena tubuhnya berubah kaku. Dia tengah susah payah mengendalikan diri agar tidak menggila setelah apa yang Na Jaemin lakukan padanya.
Berdeham beberapa kali lalu memutuskan untuk menghabiskan sebotol air mineral yang tersisa setengahnya kemudian menghalangi wajahnya dengan kertas naskah, barulah ia bisa tersenyum menahan gemas.
'Na Jaemin, lihat saja kau nanti.'
KAMU SEDANG MEMBACA
The Actor [On Going]
Romance"Aku punya kenalan yang bekerja di agensi. Dia sedang mencari seseorang untuk menjadi asisten pribadi seorang aktor." "Aktor? Siapa?" "Park Jisung." ©wintooblee