"Haechan!"
"Hyung!"
Haechan langsung berhenti dan berbalik mendengar dua panggilan itu. Ia menemukan Jisung, Jaemin, dan Renjun berjalan cepat ke arahnya.
"Apa kau baik-baik saja?" Renjun tampak sangat khawatir dan memeriksa keadaan temannya.
"Aku tidak apa-apa." Senyuman itu cukup dapat membuat ketiga orang itu lega.
"Bagaimana dengan Mark Hyung?" tanya Jisung mengedarkan pandangan ke sekitar.
"Ayo, ikut aku."
Haechan berjalan lebih dulu disusul tiga pemuda lain. "Aku baru saja dari kafetaria rumah sakit untuk membeli beberapa keperluan." jelasnya.
Jaemin mengangguk melihat sekantong belanjaan di jinjingan Haechan.
Mereka memasuki ruangan UGD yang masing-masing ranjang pasien hanya dibatasi oleh tirai. Dari jauh Jisung bisa melihat Mark yang lengannya tengah diperban oleh perawat.
"Astaga." Mata Jaemin membola melihat keadaan Mark.
"Hi, guys." sapa Mark sambil tersenyum.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jisung sambil mengernyit melihat ekspresi Mark.
"Dude, sebenarnya aku bisa lebih parah dari ini jika tidak ada Haechan."
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Renjun menatap Mark dan Haechan bergantian.
"Jadi begini ..."
Mereka semua terdiam mendengar cerita Haechan dari sejak bagaimana Bang Chan mulai mengikutinya bahkan sebelum Haechan sadar.
"Astaga, dia mengerikan." Jaemin meringis setelah Haechan selesai bercerita.
"Dan kalau Haechan tidak menendangnya, maka pisau itu akan menancap di perutku."
"Bedebah sinting." geram Jisung emosi.
"Lalu kemana si Bang Chan itu?" Renjun menautkan alisnya dalam. Tampaknya dia kesal karena ada orang gila yang mencoba menyakiti temannya.
"Dia sudah dibawa polisi. Semua sudah aman, Renjun."
"Syukurlah."
"Lalu bagaimana dengan Direktur? Kau tidak menghubunginya?" tanya Jisung.
"Tidak. Aku menyuruh Haechan untuk tidak menghubunginya. Semua akan menjadi hal besar kalau dia tahu."
"Lalu bagaimana kalian bisa sampai di sini?" Giliran Mark yang bertanya.
"Haechan menghubungiku dan aku rasa Jaemin perlu tahu. Lalu ternyata temannya itu juga mengenal Haechan dan khawatir. Kami bertemu di rumah sakit." jelas Jisung.
"Kau mengendarai mobilmu sendiri?" Pemuda paling tua di sana memicingkan matanya ke arah yang paling muda.
"Ya ... Aku panik?" Tangan besar itu mengusap tengkuk dengan canggung.
Jaemin berusaha menahan senyuman gemasnya ketika melihat ekspresi canggung aktor muda itu, sedangkan Mark terkekeh lalu mengisyaratkan Jisung untuk mendekat.
"Apa?"
Tanpa banyak bicara, Mark langsung menarik Jisung dalam pelukan. "Terima kasih sudah datang dan mengkhawatirkanku."
Mata Jisung membulat lantas melirik sekitar dimana ketiga pemuda lainnya mengulum senyum gemas. Pipinya merona malu lantas segera melepaskan pelukan dari managernya itu.
"A-Aku tidak!"
"Ya ya ya. Aku tahu." sahut Mark sambil menyeringai kecil.
Jisung mendengus lantas menjauh dan memilih berdiri di belakang Jaemin sambil melipat lengannya di dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Actor [On Going]
Romance"Aku punya kenalan yang bekerja di agensi. Dia sedang mencari seseorang untuk menjadi asisten pribadi seorang aktor." "Aktor? Siapa?" "Park Jisung." ©wintooblee