07. ❛ Faulth ❜

7K 1K 184
                                    

→←

"OK! CUT!" Sutradara menepuk tangannya. Wajah pria itu sumringah, puas dengan akting para pemainnya.

"Kerja bagus!" pujinya.

Jisung dan pemain lainnya membungkukkan badan mereka dengan sopan sambil mengucapkan terima kasih.

"Jisung Oppa,"

Yang dipanggil menghentikan langkahnya. Ia memutar bola matanya malas sebelum berbalik dengan senyuman tipis yang dipaksakan. "Ada apa?"

"Eum ..." Gadis itu tampak menunduk malu membuat Jisung menaikkan sebelah alisnya. "Kali ini bisa makan malam bersamaku?"

'Dia ini kenapa sih?'

"Ah ..." Jisung menoleh ke arah Mark yang sudah berdiri sambil menunggunya, tapi dia belum melihat Jaemin di sana. Laki-laki itu belum kembali dan menciptakan kernyitan di dahi si aktor muda.

"Sepertinya tidak." Dia menoleh ke arah Wonyoung. "Ada sesuatu yang harus ku urus setelah ini."

Wonyoung tampak kecewa. Lagi-lagi Jisung menolaknya. "Lalu kapan-"

"Maaf, ya. Aku buru-buru. Sampai jumpa." Jisung melangkah pergi. Meninggalkan gadis itu setelah memotong ucapannya. Wonyoung mengepalkan tangannya, merasa sangat kesal.

"Hyung," Jisung memang memanggil Mark, tapi pandangannya beredar ke sekitar.

"Aku di sini." Mark menunjuk dirinya yang jelas-jelas berada di depan pemuda tinggi itu.

"Dimana Jaemin?"

"Dia tadi-Hei! Kau tidak memanggilnya 'hyung'?" Mata Mark mendelik sementara Jisung mendecak.

"Dia tidak pantas dipanggil 'hyung'." Mata yang lebih muda akhirnya menatap Mark dengan jengah dan yang lebih tua mendelik semakin lebar.

"Hei, itu tidak sopan!"

Mendecak lagi. Jisung merotasikan bola matanya. "Wajahnya seperti anak kecil. Orang-orang juga tidak akan mengira dia sudah berumur dua puluh empat tahun."

Mark terdiam. Dia dalam hati membenarkan perkataan Jisung. "Tapi tetap sa-"

"Aku ke toilet sebentar, Hyung."

Kini giliran Mark yang mendecak kesal menatap kepergian Jisung.

Jisung tentu saja tidak benar-benar ke toilet. Tentu saja itu hanya alibi untuk mencari keberadaan Na Jaemin. Langkahnya semakin ia bawa ke area belakang sekolah yang sepi dan gelap. Matanya terus menatap ke sekitar mencari keberadaan pemuda manis itu.

Dan ketika netranya menangkap sebuah pemandangan yang langsung meruntuhkan mood-nya, kaki jenjang itu berhenti melangkah, memberikan jarak yang cukup jauh, namun masih terlihat jelas siapa yang berada di bawah remang-remang lampu kecil di sana. Siapa yang tengah bertautan bibir dengan dia yang dikungkung di antara tembok.

 Siapa yang tengah bertautan bibir dengan dia yang dikungkung di antara tembok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Actor [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang