→←
Tuk! Tuk! Tuk! Tuk!
Jaemin membuka matanya perlahan saat mendengar ketukan berulang dari kaca mobil di sebelahnya. Setelah matanya menangkap dengan jelas keadaan di sekitarnya dia pun terlonjak di tempat.
"Astaga! Aku ketiduran?"
Masih mendengar ketukan dari kaca mobil, Jaemin segera menurunkan kaca dan tampak wajah khawatir Jisung. Tangannya beralih untuk membuka kunci pintu mobil dan baru akan membukanya saat suara Jisung menghentikan pergerakan tangannya.
"Na Jaemin—" Sadar dengan nada bicaranya yang meninggi, Park Jisung menghentikan kalimatnya untuk beberapa saat. "Aku mencarimu ke mana-mana. Kenapa terus menerus membuatku khawatir?"
Kening Jaemin sedikit mengernyit mendengar kalimat terakhir dan melihat ekspresi Jisung. Anak itu terus berbicara tentang 'khawatir'. Maksud Jaemin—Kenapa dia harus?
"Maaf, aku tertidur tadi." Dia melihat keadaan sekitar, para staff tengah berbenah, bahkan hampir selesai. "Apa sudah selesai?"
"Sudah sejak setengah jam yang lalu dan aku mencarimu di seluruh tempat, tapi tidak terpikir kalau kau berada di sini."
Mata Jaemin mendelik terkejut. Dia pasti tertidur cukup lama. "Kenapa tidak menelepon saja?"
Park Jisung memutar bola matanya, "Silahkan cek ponselmu."
Seperti yang diperintahkan, Jaemin mengambil ponselnya dan terkejut melihat puluhan missed call dari kontak bernama 'bocah tengil'. Laki-laki itu meringis lalu memutar kembali kepalanya ke arah Jisung yang masih bergeming di tempatnya.
"Maafkan aku."
Jisung membuka pintu tempat Jaemin berada. "Sudahlah. Cepat pindah. Aku lelah dan ingin segera pulang."
"Aku bisa menyetir. Biar aku saja."
"Na Jaemin," panggil Jisung dengan nada bicara yang pelan, namun tegas.
Jaemin menghela napas sebelum berpindah dengan perlahan ke jok sebelah. Yang lebih muda lantas mengulas senyum tipis sebelum memasuki mobil dan meletakkan sebuah bungkusan di atas pangkuan Jaemin. Ia pun mulai menyalakan mesin mobil dan melaju meninggalkan pelataran lokasi syuting.
"Ah, ini—"
"Terima kasih, ya dan maafkan aku karena memarahimu tadi. Aku tidak bermaksud begitu. Sungguh."
Jisung berbicara dengan lembut dan sungguh-sungguh hingga membuat Jaemin menoleh dengan tatapan horor. 'Apa dia benar-benar Park Jisung?'
"Lalu kenapa tidak dihabiskan?" tanyanya saat melihat masih ada satu roti dan satu botol susu di dalamnya.
"Kau pasti lapar setelah tertidur tadi. Makanlah."
Ya, Jaemin memang lapar setelah berbicara dengan Lee Jeno cukup menguras tenaga dan emosinya hingga ia tertidur. "Baiklah. Terima kasih, tapi ini untukmu saja." Dia mengeluarkan roti melon lalu meletakkan kantong itu kembali ke pangkuan Jisung.
Kening Jisung mengernyit, "Memang ada apa dengan susunya?"
"Aku tidak bisa minum susu."
'Ah, begitu. Jadi dia tidak bisa minum susu? Oke. Fakta baru seorang Na Jaemin.' Jisung mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kalau begitu tusukkan sedotannya untukku. Aku akan meminumnya."
"Tapi kau 'kan sedang menyetir."
"Tentu saja kau yang memegangkannya."
Jaemin mendengus, tapi tetap melakukan yang Jisung katakan tadi. Dia kembali mengambil bungkusan itu dari pangkuan Jisung dan menusukkan sedotan pada susu kemasan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Actor [On Going]
Romance"Aku punya kenalan yang bekerja di agensi. Dia sedang mencari seseorang untuk menjadi asisten pribadi seorang aktor." "Aktor? Siapa?" "Park Jisung." ©wintooblee