→←
"Ngh~" lenguhan pelan keluar dari bibir Jaemin sesaat setelah matanya terbuka. Selagi netranya berusaha menyesuaikan bias cahaya yang berlomba-lomba masuk, dia merasakan pening yang sangat pada kepalanya.
"Astaga ..." gumamnya sambil menekan kepalanya dan memutuskan untuk kembali memejamkan mata sesaat.
Tangannya meraba sekitar ranjang untuk mendapatkan ponselnya yang ternyata terletak di atas nakas samping tempat tidur. Tangan panjang itu dengan mudah meraihnya.
Jarinya dengan cepat menghidupkan ponselnya dan puluhan panggilan tak terjawab disertai beberapa pesan menghantam notifikasinya. "Injun? Dia ini kenapa?" Kenapa pula Renjun harus meneleponnya sebanyak itu kalau mereka berada di satu rumah?
Lantas jarinya menekan salah satu pesan dari Renjun lalu membacanya.
Injun
Nana! Kau dimana huh?!
"Aku dimana?" Keningnya mengernyit membaca pesan itu. Bola matanya berotasi dengan malas. "Tentu saja di ru—" kemudian tersadar dengan interior kamarnya yang berubah.
"Sejak kapan kamarku jadi seperti ini?" Keningnya kembali mengernyit lantas membuka matanya lebih lebar dan segera terduduk saat tahu ini jelas bukan kamarnya.
"Kau sudah bangun?"
Belum selesai keterkejutannya, sebuah suara berat bersama sosok berambut basah dan handuk yang tersampir di lehernya keluar dari kamar mandi di dalam kamar itu. Mata Jaemin membulat sangat lebar saat melihat Park Jisung berada di sana, menatapnya dengan santai seakan ini adalah hal yang biasa kalau Jaemin terbangun di atas ranjangnya.
"Park Jisung— Aku— Kenapa kau— Kita—" Mendengar racauan tak jelas Jaemin membuat Jisung terpikirkan sebuah ide jahil.
Dia mendekat ke arah Jaemin. Membungkuk untuk mensejajarkan wajah mereka dan berbisik dengan suara beratnya, "Semalam hebat sekali."
Wajah Jaemin merona padam sampai ke telinga dengan mata yang membulat selebar-lebarnya.
"A-Apanya yang hebat?! Apa maksudmu?!"
Dengan segera ia meraba tubuhnya dan sedikit dapat bernapas lega saat menemukan pakaiannya semalam masih melekat di sana.Jisung menarik sebuah seringaian kecil, "Iya. Kau. Dan. Aku." Bicaranya ia tekan pada tiap kata masih dengan tatapan yang intens.
Tapi tatapan itu berubah gugup saat melirik bibir merah muda Jaemin dengan jarak sedekat itu. Ia segera menegakkan tubuhnya dan melanjutkan kegiatan mengeringkan rambutnya.
Jaemin masih mencoba mengumpulkan nyawanya. Dia menelan ludahnya dengan susah payah ketika memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin terjadi karena dia mulai ingat kalau mereka berdua minum bersama semalam sampai larut. Tapi hanya sebatas itu ingatannya.
"Park Jisung! Apa yang kita lakukan?!" Laki-laki manis itu kembali mendesak jawaban yang lebih muda.
Jisung menoleh-hanya mengedikkan bahunya secara singkat. "Ya ... itu. Silahkan ingat-ingat sendiri," katanya lalu berjalan menuju pintu kamar.
"Kau bisa pakai kamar mandiku." Tangannya lantas menunjuk satu setel pakaian yang ia letakkan di sofa. "Lalu ganti pakaianmu dengan itu. Aku rasa ukurannya pas untukmu." Lalu menghilang di balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Actor [On Going]
Romance"Aku punya kenalan yang bekerja di agensi. Dia sedang mencari seseorang untuk menjadi asisten pribadi seorang aktor." "Aktor? Siapa?" "Park Jisung." ©wintooblee