→←
"Ish!"
Jisung mengalihkan pandangan dari layar ponselnya kala mendengar desisan kesal itu. Dilihatnya Jaemin tengah menatap tajam layar ponselnya yang dipegang dalam mode landscape. Sepertinya pemuda Na itu tengah bermain game.
"Ada apa?" tanya Jisung sambil berjalan menghampiri sofa tempat Jaemin berada.
"Game ini menyebalkan," adu Jaemin tanpa melepaskan pandangan dari layar ponselnya.
"Kau saja yang payah."
Satu kalimat itu membuat Jaemin memandang Jisung dengan kesal. "Sok sekali. Memangnya kau bisa?"
"Kemarikan."
Jaemin memberikan ponselnya itu pada Jisung yang kini mengambil tempat di sebelahnya. Wajah Jisung yang kini sedang fokus tampak berkali lipat lebih tampan dari biasanya hingga Jaemin kehilangan fokusnya. Antara ingin melihat layar atau wajah tampan di depannya itu.
"Aku tahu aku tampan. Tidak usah dipandangi sampai segitunya."
Sontak wajah Jaemin memerah karena dipergoki. Dia mendecih lalu memalingkan wajah. "Siapa juga yang memandangimu?" Laki-laki itu lantas berdiri dengan kesal.
"Aku mau menanyakan kepulangan kita pada produser dan saat aku kembali sebaiknya kau sudah memenangkan game itu," katanya lalu pintu ditutup dari luar.
Jisung mengendikkan bahu tak acuh lantas menyandarkan punggungnya dengan santai ke sofa. "Begini saja tidak bisa."
Saat tengah asik-asiknya memainkan game, sebuah notifikasi masuk hingga menghalangi game yang ia mainkan itu. Jisung berdecak kesal. "Aish,"
Setelah memastikan game dalam keadaan pause, dia beralih membuka notifikasi hingga sebuah pesan singkat dengan nomor tanpa nama itu terbaca olehnya.
"Mark hyung?"
Keningnya mengernyit sempurna membaca pesan itu berkali-kali lalu jari-jarinya itu akhirnya mengetikkan sebuah balasan untuk seseorang di seberang sana.
Satu menit. Dua menit. Tiga menit. Empat menit. Lima menit. Akhirnya ponsel Jaemin kembali menerima notifikasi dari nomor yang sama.
+821045XXXXXX
'Aku juga sudah mengirimi pesan yang sama padamu, Jisung. Tidak perlu iri begitu.'
Jisung kembali berdecak. "Siapa juga yang iri?"
Dia kembali mengetikkan balasan yang mengatakan kalau dia tidak iri sama sekali. Lalu suara pintu yang dibuka membuatnya menoleh.
"Kita akan ke bandara setengah jam lagi."
Jisung mengangguk lantas memberikan ponsel itu kembali ke Jaemin. Kaki panjangnya berjalan kembali ke ranjang dan duduk di sana untuk memainkan ponselnya.
"Sudah menang?"
"Belum. Mark hyung mengirimimu pesan, aku jadi tidak bisa fokus."
"Benarkah?" Jaemin segera mengecek ponselnya.
Kening Jaemin mengernyit mendapati balasan-balasan dari Jisung. "Hei, kenapa kau membalasnya? Tidak sopan sekali. Ini 'kan pesan untukku."
"Hanya kesal," jawab yang lebih muda singkat.
"Kenapa?"
Jisung mengangkat kepalanya dari ponsel guna memandangi wajah bertanya Jaemin.
'Dia mencurigakan.'
"Dia mengacaukan fokusku bermain game." Jawaban itu lah yang akhirnya keluar dari bibir Jisung.
Jaemin mendengus. Lalu pemuda Na itu memilih untuk mengemasi barang-barang mereka.
Jisung kembali menatap layar ponselnya dengan kening mengernyit. Dia memang mendapatkan pesan dengan isi yang sama dari Mark, tapi waktunya tidak bersamaan dengan milik Jaemin. Itu berjarak enam menit sedangkan Mark bilang dia sudah mengirimi pesan yang sama pada Jisung.
Bukankah ini berarti Mark baru mengiriminya pesan setelah Jisung membalas pesannya seperti itu?
→←
Double update!
Walaupun cuma spin off yg sangat amat pendek sih hehe
Jangan lupa vommentnya ya 💕
See ya!~
-wintu
KAMU SEDANG MEMBACA
The Actor [On Going]
Roman d'amour"Aku punya kenalan yang bekerja di agensi. Dia sedang mencari seseorang untuk menjadi asisten pribadi seorang aktor." "Aktor? Siapa?" "Park Jisung." ©wintooblee