15. ❛ Partner ❜

4.6K 561 233
                                    

Seperti yang diketahui, Seoul sudah resmi memasuki musim dingin. Pagi ini jalanan sudah ditutupi salju yang cukup tebal. Semua orang memakai pakaian hangat dan memastikan tubuh mereka terlindungi sempurna dari rendahnya suhu.

Jaemin masih berada di kamarnya saat ini. Hari ini Jisung hanya memiliki jadwal pemotretan sore nanti. Sambil menyesap kopinya, dia kembali teringat akan perkataan Jisung kemarin.

"Kau tahu? Ada mitos yang mengatakan kalau melihat salju pertama bersama dengan seseorang yang kau cintai, maka cintamu akan menjadi kenyataan. Jadi tolong tunda dulu sesuatu yang ingin kau katakan itu dan biarkan aku berharap pada salju pertama ini."

Padahal niatnya kemarin ingin memperjelas semuanya agar Jisung berhenti, tapi perkataan Jisung entah kenapa langsung membuatnya bungkam hingga hanya berdiri diam di sebelahnya selama setengah jam sebelum pamit untuk pulang ke rumahnya karena Renjun sudah mencarinya.

'Sampai kapan aku harus membiarkanmu berharap?'

Jisung tengah berbaring di ranjangnya sambil menatap langit-langit kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung tengah berbaring di ranjangnya sambil menatap langit-langit kamarnya. Memikirkan apa yang sebenarnya ingin Jaemin katakan padanya jika saja salju pertama tidak turun. Apapun itu, entah bagaimana Jisung memiliki firasat yang buruk.

Ah, memikirkan Jaemin malah membuatnya merindukan pemuda manis itu.

Dia mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. Seringaian kecil berada di bibirnya sementara jarinya sibuk mencari kontak Jaemin.

Mendengar nada sambung itu saja sudah membuat Jisung antusias setengah mati. Memang ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta.

"Halo?"

Hati Jisung bergemuruh mendengar suara itu di telinganya. Dia bahkan tak bisa menahan senyuman di bibirnya untuk semakin mengembang.

"Halo, Jisung?"

"Jisung?"

"Park Jisung?!"

Jisung tersentak saat nada bicara Jaemin sedikit naik karena ia tak kunjung menjawab.

"Ah—"

Dia dapat mendengar helaan napas di seberang sana.

"Ada apa? Kau tidak menjawabku dari tadi. Membuat orang cemas saja."

Mata Jisung sedikit melebar mendengarnya. Ia bahkan merasakan sesuatu berterbangan mengisi perutnya hingga menyalurkan perasaan menggelitik.

"Kau ... apa?"

"Tidak. Tidak."

Jisung menarik senyuman usilnya. "Sepertinya aku mendengar seseorang mencemaskanku."

"Huh? Siapa? Mungkin seseorang di sekitarmu?"

"Siapa? Aku sendirian di sini."

"Hantu."

The Actor [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang