Mark terus mengubah posisi tidurnya. Ia merasa tidak nyaman dengan tanpa sebab. Pikirannya terus tertuju pada Haechan. Pemuda itu tidak menghubunginya untuk sekedar memberi kabar atau apapun.
Memang mereka tidak sesering itu bertukar kabar dalam jarak waktu yang dekat, tapi karena perjanjian mereka tadi bukankah seharusnya Haechan sudah mengabari bahwa pemuda itu sudah sampai di rumahnya dengan selamat seperti apa yang Mark lakukan tadi?
Mark semakin tidak bisa tenang saat melihat jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan hampir jam sebelas malam.
"Jangan bilang anak itu lembur lagi."
Ia langsung bangkit dari tempat tidurnya untuk mencari ponselnya dan ketika dia baru saja akan menekan panggilan ke kontak Haechan, ponselnya mati.
"Sial."
Tangannya langsung menyambar jaket yang terletak di atas kursi kerjanya dan berjalan keluar kamarnya.
Mark sudah berkali-kali menekan bel di rumah Haechan, tapi sepertinya anak itu memang belum pulang karena rumahnya begitu gelap."Yang benar saja, Lee Haechan?"
Mark segera kembali ke mobil dan melajukannya ke kantor mereka. Dia akan sangat marah kalau memang Haechan mengingkari janji mereka untuk lembur.
Dia sesekali melirik arloji di pergelangan tangannya. Sudah pukul sebelas lewat, tapi untung saja jarak rumah Haechan dan kantor mereka tidak terlalu jauh. Dia langsung memarkirkan asal mobilnya di depan gerbang. Pemuda itu lantas menghampiri security yang tengah berjaga di posnya. Pria paruh baya itu langsung tersenyum mendapati Mark yang ia kenal sebagai cucu dari pemilik gedung tempatnya bekerja.
"Pak, apa Bapak melihat Haechan—Dia yang sering pulang bersama saya."
"Ah, pemuda itu. Dia baru saja keluar dari gedung. Sepertinya dia baru selesai lembur."
'Lee Haechan, tunggu saja kau.' batin Mark kesal.
"Kira-kira sudah berapa menit yang lalu, Pak?"
"Sudah hampir lima belas menit rasanya."
"Baiklah, terima kasih." Setelah pamit, Mark langsung kembali ke mobilnya, ia mengendarai mobil dengan pelan sambil melirik trotoar siapa tau saja Haechan masih berada di sekitar sini. Ia melirik jam yang mana bus terakhir seharusnya sudah pergi lima menit lalu.
"Apa dia sudah menaiki bus ya?" monolog Mark ketika melihat sepanjang jalan yang sepi.
Ia lantas mengambil ponselnya yang sejak tadi ia isi dayanya di dalam mobil. Setelah menghidupkannya ia kemudian mencari kontak Haechan dan langsung menghubunginya. Nada panggilan yang tersambung langsung terdengar.
I can't write one song that's not about you~
"Oh?" Dia menjauhkan ponsel dari telinganya ketika indra pendengarannya samar-samar menangkap nada dering yang familiar. Mark sangat ingat ini adalah suara Haechan yang menyanyikan lagu favorit mereka diiringi permainan gitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Actor [On Going]
Romance"Aku punya kenalan yang bekerja di agensi. Dia sedang mencari seseorang untuk menjadi asisten pribadi seorang aktor." "Aktor? Siapa?" "Park Jisung." ©wintooblee