13

5K 619 12
                                    

☬☬☬

"Jadi intinya Rave terluka karena kamu?! Kamu bercerita terlalu berbelit-belit."

"I- iya, Uncle." Ucap Sean. Tubuh Sean gemetar melihat tatapan penuh amarah yang ditujukan Justin padanya.

"Daddy, mohon hentikan. Jangan menakuti temanku." Rekha berjalan tertatih-tatih mendekati ketiga pria disana.

"RAVE..!!?" Ketiga pria itu berteriak bersamaan.

Aiden dan Sean secara serempak langsung berdiri dan berlari ke arah Rekha. Sebenarnya mereka sudah melakukan gerakan akan memeluk Rekha. Namun untuk beberapa alasan mereka tidak melakukannya.

"Rave, kamu tak apa?" Aiden menatap sendu wajah Rekha yang hanya ditanggapi anggukan oleh Rekha.

Berbeda dengan Aiden. Sean tampak berdiri diam dengan air mata menggenang di pelupuk matanya. Menatap orang yang ada dihadapannya. Wajah pucat itu yang dipenuhi goresan karena dirinya.

Sean terkesiap saat Rekha menepuk pundaknya seraya tersenyum lembut.

"Heeh, Tuan Muda Lennox kita ternyata cengeng sekali." Ucap Rekha dengan nada penuh ejekan.

Sean tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia memeluk Rekha dan menumpahkan air matanya, "Maaf, Rave. Maafkan aku!"

Rekha membalas pelukan pemuda itu. Sesungguhnya Rekha memang tidak bisa menyalahkan pemuda ini. Ya... Bagaimanapun Sean hanya bocah SMA, jadi Rekha merasa harus memakluminya.

☬☬☬

Dua hari kemudian,

Di kantin sekolah, Rekha dan keempat pemuda itu ada disana seperti biasa.

Raut wajah Rekha sejak tadi seperti tertekan karena pemuda-pemuda ini. Tapi lagi-lagi Rekha hanya menghela napas lemah. Bagaimanapun yang ada di dekatnya hanya bocah-bocah SMA yang imut.

"Cepat sisihkan daun bawang itu dari makananku..."

"Biar aku saja, Gavin. Berikan padaku."

"Aku menyuruh Aiden, bukan menyuruhmu Sean." Gavin merangkulkan tangannya ke bahu Rekha yang duduk di sebelahnya. Dan ya, itu langsung ditepis oleh Rekha.

"Rave, kamu mulai nakal ya?! Berani sekali kamu mengibaskan tangan sang raja. Kamu budakku selama satu bulan, mengerti?!" Ucap Gavin.

Rekha hanya berdecak kesal kemudian membiarkan Gavin untuk berbuat semaunya.

Di hadapan Gavin dan Rekha, Aiden sudah berdiri penuh amarah dengan mangkuk mie dihadapannya. Manik mata Aiden menatap lurus ke arah Gavin.

"Nathan, sepertinya kamu menganggur. Cepat pijat pundakku!" Ucap Gavin dengan nada penuh kesombongan. Manik mata Gavin lalu beralih pada Aiden yang masih berdiri menatapnya, "Ada apa, budak? Cepat sisihkan daun bawang itu atau sang raja ini akan marah." Gavin menunjukkan wajah mengejek.

Aiden menggertakkan giginya dengan tangan mencengkeram sumpit.

'tak'

Sumpit yang terbuat dari kayu di tangan Aiden patah, membuat Sean, Nathan dan Rekha menelan ludah kasar. Mereka bertiga tahu segila apa Aiden jika sedang marah.

Tepat saat itu, suara lembut mengalihkan atensi kelima orang itu.

"Hai... Sepertinya kalian sedang bermain-main..." Seorang gadis cantik dengan surai blue grey panjang bergelombang berdiri di dekat meja Rekha dan lainnya.

ᴛʜᴇ ʏᴏᴜɴɢ ᴍᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱ ᴀ ɢɪʀʟTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang