25

4.2K 561 49
                                    

☬☬☬
.

.

.

Gavin berdiri menatap Rekha yang duduk memunggunginya disana. Tangan pemuda itu meremas kuat paper bag besar dipelukannya.

"Sial, ternyata mereka benar-benar berkencan."

Gavin menggertakkan giginya mendengar perkataan itu dan bisik-bisik orang-orang ini. Benarkah kedua orang itu berkencan?

Gavin merasakan dadanya sesak. Pemuda itu merasa cemburu dengan kedekatan kedua orang itu. 'Kenapa? Padahal aku dengan jelas sudah mengatakan perasaanku padamu. Kenapa kamu masih bersama Edith, Rave?! Apa karena aku laki-laki dan bukan perempuan?!'

Gavin mengalihkan wajah saat tatapannya dan Meredith beradu. Pemuda itu dengan perlahan berbalik dan melangkahkan kakinya menjauh dari kantin. "Sebesar apa aku menyukaimu, pada akhirnya kamu akan tetap memilih seorang wanita untuk berada disampingmu. Aku ini benar-benar tidak tertolong. Sampai akhir hanya aku sendiri yang terperangkap perasaan ini." Lirihnya.

☬☬☬


"Sepertinya kantin ini berhantu..." Rekha mengusap pelan belakang lehernya.

"Eh?! Hantu?! Rave, kamu jangan menakutiku."

"Yo! Kalian sudah disini." Dari pintu kantin Nathan melambaikan tangan seraya berjalan mendekat. Dibelakang pemuda itu, Sean dan Aiden juga disana.

Ketiga pemuda itu lalu mengambil tempat duduk disamping Meredith dan juga Rekha.

"Darimana saja kalian?" Tanya Meredith.

"Kami tidak sengaja bertemu Kepsek. Beliau meminta kami membawa buku-buku baru ke perpustakaan."

"Ah.. pundakku pegal sekali. Rave, pijatkan pundakku." Ucap Nathan yang duduk tepat disamping Rekha.

Rekha berdiri, mengulurkan tangan lalu menekan kuat bahu Nathan.

"A- argghh! Sakit! sakit! Lepaskan!"

Rekha melepaskan tangannya acuh tak acuh lalu kembali duduk.

"Dasar jahat! Apa kau ingin menghancurkan bahuku, huh?" Gerutu Nathan yang hanya dibalas decakan kesal Rekha.

"Omong-omong, apa kalian bertengkar dengan Gavin? Kami berpapasan dengannya di koridor. Sepertinya dia sangat kesal." Ucap Sean.

"Dia tadi baru dari sini."

"Dari sini?"

"Hei, Edith.. Rave.. apa kalian membuatnya marah?"

"Umh.. sebenarnya teman-teman. Aku..--"

"Dimana dia?" Rekha memotong ucapan Meredith, lalu beranjak berdiri. Rekha tidak lupa bahwa dirinya meminta Alpha 404 membiarkan Gavin melihat video CCTV itu. Apa ada hubungannya dengan itu?

"Entahlah." Sean menaikkan kedua bahunya bersamaan.

"Dia membawa paper bag besar ditangannya." Sahut Aiden.

"Aku pergi." Rekha beranjak meninggalkan keempat orang itu.

"RAVE, JANGAN PERGI!" Teriak Meredith. Gadis itu tampak panik saat Rekha mengabaikan teriakannya.

"Hei, cepat kejar Rave! Jangan sampai mereka berkelahi!" Ucap Meredith.

"Kenapa mereka harus berkelahi?"

ᴛʜᴇ ʏᴏᴜɴɢ ᴍᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱ ᴀ ɢɪʀʟTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang