37

3.2K 453 78
                                    

☬☬☬

.

.

.

.


Dua minggu kemudian, di kantin sekolah, Rekha bersama Meredith, Nathan dan Sean ada disana. Mereka berempat tengah merayakan atas peresmian Meredith sebagai pewaris Robinson.

Rekha hanya diam saat ketiga temannya melemparinya pertanyaan demi pertanyaan tentang kejadian beberapa minggu lalu soal Aiden yang menyatakan cinta.

"Rave, pasti sulit bagimu." Sean berdiri dari kursinya lalu menepuk kedua pundak Rekha. "Padahal aku berteman dengan Aiden dari kecil, tapi aku malah tidak tahu dia menyimpang."

"Aku sudah tahu sejak lama. Tapi aku tidak berpikir dia tertarik dengan Rave dalam arti lain." Ucap Meredith.

Nathan menghela napas lemah. "Masalahnya ada pada wajahnya. Biarpun Aiden menyimpang, tidak ada yang menyalahkannya atau membully-nya."

"Kau benar..." Sahut Meredith dan Sean bersamaan.

Meredith menyandarkan kepalanya ke pundak Rekha yang duduk disampingnya. "Rave, jangan terlalu membencinya. Bagaimanapun Aiden teman kita."

"Aku tidak membencinya, Edith. Tenang saja." Rekha mengetuk pelan dahi Meredith dengan jari telunjuknya. Ia tampak tidak terganggu oleh Meredith yang bersandar padanya. Ya, itu karena dirinya dan Meredith sama-sama perempuan. Tidak, Rekha memang sengaja melakukan itu.

Meredith mendongakkan wajahnya menatap profil samping Rekha dari dekat. Mata itu, hidung itu dan bau manis yang memasuki indera penciumannya. Sekarang Meredith mengerti kenapa Aiden bisa mempunyai perasaan pada orang ini.

"Rave, memangnya bagaimana tipe gadis yang kamu sukai?" Ucap Nathan.

"Yang aku sukai?" Rekha mengerutkan alisnya seolah sedang berpikir. Ia sedang membayangkan bagaimana Gavin terlihat dimatanya.

"Imut, manja, sedikit ceroboh tapi perhatian."

"Hanya itu? Sebutkan yang lebih spesifik. Misalnya gadis cantik dan bertubuh seksi?" Sahut Sean.

"Ya, itu tidak penting. Aku hanya suka saat dia bersikap manis dan menatapku seperti anjing kecil."

"Seleramu buruk sekali, Rave! Jika itu aku, aku akan mengencani wanita berdada besar!" Teriak Nathan.

Meredith hanya tertawa kecil melihat perdebatan ketiga orang ini. Masih bersandar di pundak Rekha, Meredith kembali menatap Rekha. Gadis itu tidak menyangka bahwa Rekha hanya menyebutkan sifat sebagai tipenya daripada dengan syarat fisik. 'Rave memang beda! Sedikit ceroboh namun perhatian? Apa Rave sedang membicarakan tentang diriku? Tidak.. tapi...---'

"Edith, bagaimana denganmu?" Suara Nathan langsung membuyarkan pikiran kacau Meredith.

Menegakkan diri, Meredith lalu tersenyum. Gadis itu menjawab pertanyaan itu dengan nada rendah. "Yang seperti Rave."

"HAAAHH..??!"

☬☬☬

Sepulang sekolah, Rekha berdiri kaku. Manik hazel miliknya mengecil melihat Aiden yang menunggunya di depan pintu kelasnya.

"Kita perlu bicara, Rave." Tanpa permisi, Aiden menarik tangan Rekha. Melewati koridor, mereka berpapasan dengan Gavin. Rekha hanya menggunakan bahasa isyarat untuk mengatakan pada Gavin bahwa dirinya baik-baik saja.

ᴛʜᴇ ʏᴏᴜɴɢ ᴍᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱ ᴀ ɢɪʀʟTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang