19

4.6K 618 45
                                    

☬☬☬


Suasana pesta semakin ramai. Banyak orang besar yang menghadiri pesta itu. Meredith saat ini tengah duduk di pojok dengan tangan memegang sebuah cermin. Tampak beberapa goresan yang menghiasi pipi gadis cantik itu.

"Jangan dipegang, atau itu akan meninggalkan bekas." Rekha sudah berdiri disana dengan dua gelas minuman ditangannya.

Rekha meletakkan dua gelas itu ke meja lalu menggeser kursi dan duduk disebelah Meredith. Rekha mengulurkan tangan memegang dagu Meredith dan membuat agar gadis itu mendongak. "Ini terlihat buruk. Maaf, aku tidak bisa membantumu berkelahi tadi." Ucapnya seraya melepaskan tangannya kemudian membuka bungkus plester yang baru dia keluarkan dari sakunya, lalu menempelkannya di pipi Meredith.

Meredith tertegun. Karena pemuda yang dikenal acuh tak acuh ini malah bersikap lembut pada dirinya. "Tak apa, Rave. Terima kasih."

"Pastikan kamu mengobatinya setelah pulang nanti." Ucap Rekha yang kemudian mengulurkan segelas minuman pada Meredith.

Manik almond Meredith membulat. Gadis itu menatap Rekha yang ada disampingnya tengah menggerutu betapa membosankannya pesta ini. Dirinya tak menyangka, bahwa sikap pemuda ini yang dulu terlihat seperti tak menyukainya, sekarang malah memperlakukannya sebaik ini.

Tawa kecil keluar dari bibir Meredith. "Apa ini pertama bagimu menghadiri pesta seperti ini, Rave?" Tanya Meredith.

"Ya. Untung ada kamu, jadi disini tidak terlalu membosankan." Rekha menyandarkan diri dan menggeliat malas. "Ah, aku ingin pulang dan tidur..." Lirih Rekha.

Sikap Rekha kembali membuat Meredith tertawa. Sekarang Meredith tahu kenapa teman-temannya menyukai orang ini hingga memasukkan dalam kelompoknya.

"ITU DISANA!!"

"DIA YANG MENGHAJAR KAMI!!"

Terdengar teriakan yang membuat suasana pesta itu heboh. Tiga orang gadis yang tadi merundung Meredith sudah berdiri disana dengan beberapa orang disekitarnya.

Manik almond Meredith bergetar. Dengan ragu-ragu gadis itu menatap seorang pria yang duduk tak terlalu jauh dari tempatnya.

Namun atensi Meredith teralih saat Rekha memegang lalu menggenggam erat tangannya. "Tenanglah..." Lirih Rekha.

Meredith mengambil napas dalam-dalam lalu membuangnya. Gadis itu melakukan itu beberapa kali untuk mengatur ketenangannya.

Rekha beranjak dari kursinya lalu menatap orang-orang yang sudah berdiri di dekat mejanya. "Bukankah itu aneh? Bagaimana seorang gadis melawan kalian bertiga?" Ucapnya tegas.

"Siapa kau?! Berani sekali berbicara seperti itu pada Nona Muda?!" Seorang pria paruh baya mengenakan jas formal berwarna mocca berkata tajam pada Rekha.

Meredith gemetar, saat pria yang tadi ditatapnya mulai berjalan mendekat ke tempatnya. Tapi lagi-lagi, perhatian Meredith teralih saat Rekha kembali memegang lalu menggenggam tangannya.

Entah kenapa, Meredith merasakan genggaman orang ini membuat ketakutannya perlahan berkurang.

"Aku hanya orang biasa yang kebetulan datang kesini. Daripada kalian menyalahkan satu pihak, kenapa tidak kita lihat CCTV yang ada disana?" Ucap Rekha yang langsung menerima tanda setuju orang-orang yang ada disana.

Rekha mengeluarkan ponsel dari sakunya untuk menghubungi seseorang. Hanya dalam lima menit, beberapa pria berpakaian pelayan hotel memasuki ballroom. Mereka membuka sebuah tirai dan memperlihatkan layar besar dibaliknya.

Sebuah video berputar. Dimana bukan Meredith yang menghajar tiga gadis itu, tapi sebaliknya.

"Tidak! Ini tidak benar!"

ᴛʜᴇ ʏᴏᴜɴɢ ᴍᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱ ᴀ ɢɪʀʟTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang