Yo! Minna-san.
Baru tiga hari loh ini 😌
Kirain bakal sampe sebulan.
Padahal pengen nyantai dulu.
Karena udah terlanjur janji, ya udah.Happy reading.
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komen, oke!☬☬☬
..
.
"Rave, kamu tampan sekali. Apa kamu mau mencoba melakukannya denganku?"
"Hah?! Gavin, kamu pasti sudah gila."
"Aku sungguh-sungguh Rave. Aku memang belum pernah melakukannya dengan laki-laki. Tapi kamu juga merasakan reaksi tubuhku karena dirimu kan?"
Wajah Rekha perlahan memucat, karena dibalik celana pemuda ini, benda itu terus menggesek pahanya. Rekha menatap wajah Gavin yang kian merona. Sudah cukup bagi Rekha untuk mengerti, bahwa Gavin sedang menginginkannya saat ini. Tapi, bagaimana bisa. Dirinya perempuan. Dan Gavin sedang memperlakukannya seperti, seme?
Ah! Tidak! Rekha merasa gila. Tentu saja karena dia tidak mempunyai benda itu yang bisa memenuhi keinginan Gavin.
Rekha menghela napas mengatur ketenangannya. Masih bertahan dengan posisi itu karena Gavin malah melingkarkan kedua tangan ke belakang lehernya. Pertama, Rekha merasa harus lepas dari posisi ini.
Rekha perlahan mengulurkan tangan mengusap wajah Gavin. "Gavin, apa kamu tahu itu akan sakit?"
"Ya, aku tahu. Tapi aku masih ingin melakukannya denganmu, Rave."
"Kenapa?"
"Tentu saja karena aku menyukaimu. Tubuhku mungkin tidak selembut perempuan. Tapi aku ingin sepenuhnya jadi milikmu, Rave."
"Apa kamu tidak takut, Gavin?"
"Tentu saja takut. Tapi aku lebih takut jika kamu tidak menginginkanku. Aku sungguh-sungguh menyukaimu. Ku mohon, jangan tolak aku."
Pandangan Rekha melembut. Melihat bagaimana pemuda ini menyukainya. Manik hazel Rekha menangkap rasa takut dalam tatapan mata Gavin.
Rekha melingkarkan lengannya memeluk Gavin. "Gavin, aku tidak bisa melakukannya denganmu." Lirihnya.
Gavin yang salah paham dengan kata-kata Rekha, membalas pelukan itu. "Rave, kamu pria paling gentle yang pernah aku kenal." Ya, Gavin berpikir bahwa orang di pelukannya ini tidak bisa melakukannya karena tak tega membuat dirinya kesakitan.
'tok'
'tok'
Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Rekha dan Gavin. Rekha sontak beranjak dengan buru-buru. Manik hazel milik Rekha seketika melebar melihat tonjolan tercetak jelas di celana Gavin.
"Rave..." Lirih Gavin.
"Selesaikan itu." Ucap Rekha seraya menunjuk toilet.
Gavin menghela napas, lalu dengan malas berjalan memasuki toilet.
Rekha membuka pintu kamarnya dan menemukan bahwa Maria yang ada disana. Maria mengatakan bahwa akan pergi ke luar kota selama beberapa hari bersama Justin.
Maria memeluk Rekha dan membenamkan wajahnya ke pundak putrinya itu. "Mommy pasti kangen padamu, Rave..."
"Aku juga, Mommy."
"Kamu harus makan teratur, hm? Jangan bergadang membaca novel, oke? Pokoknya hubungi Mommy tiap dua jam, ya?"
"Ya, Mommy..." Rekha menjawab malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛʜᴇ ʏᴏᴜɴɢ ᴍᴀꜱᴛᴇʀ ɪꜱ ᴀ ɢɪʀʟ
Teen Fiction𝙳𝚎𝚊𝚗𝚗𝚊 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚝𝚒. 𝚎𝚗𝚝𝚊𝚑 𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒𝚖𝚊𝚗𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚙𝚞𝚝𝚛𝚒 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚔𝚊𝚢𝚊 𝚛𝚊𝚢𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚔𝚎𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚕𝚞𝚜 𝚢�...