/// latar waktunya balik lagi ke masa sekarang////
...
Sekitar 1 jam 20 menit, akhirnya kelas Ibu Fatimah selesai juga. Teman-teman kelas Lisa bisa bernapas lega karena sedari kelas berlangsung, Ibu Fatimah selalu tiba-tiba marah tanpa alasan. Syukurnya, beliau tidak memberi tugas. Karena biasanya jika sedang dalam kondisi PMS, Ibu Fatimah tak segan-segan memberi tugas seabrek dengan deadline mepet.
"Lis, ke kantin yuk. Si Rosie sama Jennie udah nungguin."
"Ya udah deh, sekalian gue nungguin Bagas."
"Hah? Mau kemana?"
"Kencan dong, Bagas katanya hari ini pulang cepet. Emang lo? Jomblo."
Jessica berdecak. "Kurang ajar! Ya udah cepet beres-beresnya lama bener."
"Sabar kali, lagi sensi lo kek Bu Fatma?"
Jessica kembali berdecak. Kesal dengan Lisa yang tidak tahu kenapa menjadi menyebalkan. Saat itulah matanya menangkap Juan yang sedang menatap ke arah Lisa. Seperti hendak menghampiri namun ragu.
Kelas juga sudah kosong. Apa laki-laki itu ragu karena ada Jessica?
Jessica melirik Lisa yang masih berbenah, gadis itu menepuk pundak sahabatnya. "Gue duluan ke kantin, lo nyusul ya."
"Eh kok? Tungguin gue, bentaran doang napa."
Jessica menunjuk Juan dengan memiringkan kepalanya, "selesain dulu kalian berdua, biar clear, ok?" Jessica menepuk beberapa kali lengan atas Lisa lalu pergi meninggalkan kelas.
Lisa melirik Juan dengan ekor matanya. Laki-laki itu langsung mendekat kepada Lisa setelah Jessica benar-benar keluar dari ruang kelas.
"Lisa, gue bisa bicara bentar gak sama lo?"
///
Lisa dan Juan kini berada di taman dekat parkiran gedung fakultasnya. Tak terlalu banyak orang yang berlalu-lalang, sehingga keduanya memilih tempat tersebut.
"Gue udah baca surat lo, ngapain ngajak ngomong?" Buka Lisa setelah keduanya tak berbicara dalam beberapa menit setibanya mereka di taman itu.
"Gue ngerasa gak cukup kalau cuman dari surat, gue mau ngomong langsung."
Hening kembali. Lisa melirik Juan yang menghela napasnya berkali-kali. Terlihat sekali ini susah untuk laki-laki itu, mengingat Juan adalah laki-laki dengan ego tinggi. Oleh karena itu, Lisa tidak terlalu mem-pushnya untuk mengatakan apa yang ingin laki-laki itu katakan. Jessica pernah bilang padanya, orang yang mau mengeluarkan effort dan membuang egonya untuk meminta maaf seperti yang dilakukan Juan ini harus dihargai walaupun Lisa benci.
"Setelah kejadian di kemping, gue terngiang sama ucapan lo ke gue, Lisa. Dari situ gue nimbang apa gue harus nurunin ego gue buat minta maaf ke lo atau engga. Tapi gue ngerasa bersalah tentang apa yang gue omongin ke lo waktu itu."
Lisa menyetujui dengan lantang, "ya, lo jahat banget."
"Gue gak maksud buat ngatain lo kaya gitu, Lis. Gue cuman ngerasa kacau karena setelah kejadian taruhan itu gak ada yang berjalan bener buat gue."
"Tetep aja, gue gak pantes dapetin itu."
"Gue tau," Juan mengangguk, "dan gue minta maaf."
Hening kembali, terdengar helaan napas dari Juan kembali.
"You are my biggest loss, Lis. Lo cewe baik, gue nyaman deket lo. Gue cuman denial soal itu selama ini karena pertahanin ego gue di depan temen-temen. Dan ketika ngeliat lo udah ada yang punya gue... ngerasa marah." Lisa melirik Juan, laki-laki itu menundukkan kepalanya. "Gue minta maaf dan nurunin ego gue kaya gini alasannya karena itu lo, Lis. Gue ngerasa gak bener udah jahat sama lo."
"Gue juga dulu nyaman sama lo kok, Juan. Lo orangnya super asik, enak diajak ngobrol, lo bawa gue ke tempat-tempat seru yang belum pernah gue datangin. Tapi ya walaupun akhirnya gue kecewa, harusnya gue dengerin apa kata kakak sama adik gue kemarin."
"Dan Gue nyesel, Lis."
"Ya bagus berarti, lo sadar diri."
Juan terkekeh kecil mendengar nada lantang dan ketus Lisa. Terdengar lucu. "Kalau gitu kita bisa temenan?"
Lisa menggeleng dengan tegas, "kalau itu gue butuh waktu, soalnya lo bajingan, temen-temen lo juga bajingan."
Juan dengan lemas mengangguk, mengerti sepenuhnya keputusan si gadis berponi itu.
"Tapi kita clear kok, Juan. Gue hargain effort lo buat minta maaf kaya gini, gue tau ini susah buat lo."
Mendengar penuturan Lisa tersebut, laki-laki itu tersenyum, "thanks, Lis."
"Thank you juga by the way buat ini," Lisa menunjukkan gantungan ponsel pemberian Bagas yang dibuang sengaja oleh Juan saat malam itu, "gue gak tau lo dapetnya gimana, tapi gue juga gak mau denger cerita lo, tapi makasih banyak."
Juan lagi-lagi mengangguk untuk membalas tuturan Lisa. Saat itulah, mata Lisa mendapatkan presensi mobil Bagas yang sudah sampai di parkiran mobil. Lisa tersenyum, lalu menoleh ke arah Juan, "ya udah gue duluan."
Lisa berdiri, Juan pun berdiri. Namun ketika Lisa sudah melangkah beberapa langkah di depan, Juan menghentikannya.
"Lis!"
Lisa berbalik, bertanya lewat alisnya yang terangkat.
"Gue tau ini kurang ajar, tapi kalau lo udah siap... sapa gue ya?"
Lisa mengangguk tanpa ragu disertai senyuman, setelahnya Lisa segera berlari kecil menuju mobil Bagas.
Juan melihat itu semua. Bagaimana Lisa tersenyum lebar menyambut Bagas, dan bagaimana Bagas memperlakukan Lisa dengan baik. Tidak seperti dirinya dulu yang semena-mena kepada Lisa.
Walaupun begitu, Juan merasa lega karena gejolak di dadanya sudah hilang. Memang Lisa masih belum siap berteman dengannya, entah kapan gadis itu akan siap, tapi ia mengerti dan tak akan memaksa.
Begini saja sudah cukup. Lisa mau memaafkannya sudah sangat cukup bagi Juan.
///
Yeyyy permasalahan mereka sudah clear~
aku awalnya pengen juan ngerasa bener-bener terpuruk udah berlaku kaya gitu ke lisa. ngasih karma yang gak berujung gitu.
tapi.... setelah aku pikir-pikir, gak ada salahnya buat maafin orang yang udah berlaku buruk sama kita dan ngasih mereka kesempatan kedua, jadi well gini deh hasilnya hihi ^^so sorry kalau kurang setuju, and i hope ya enjoy it!
sehat selalu ya!Published: August 17, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Cemara
Hayran Kurgu[Siwon X Yoona X Chanyeol X Lisa X Lucas] Cuman keluarganya Pak Siwon Suhendra yang ada aja ceritanya. started : 16 Juni 2021 finished : -