8|| Break up

200 15 7
                                    

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Sarah baru saja selesai ngampus. Dirinya seperti biasa akan menghubungi Alam ketika dirinya sudah pulang, namun akhir-akhir ini Alam sangat sulit dihubungi. Sarah lagi-lagi menelpon Alam, dan lagi-lagi tidak mendapat respon darinya. Sarah menatap layar ponselnya lalu menghela nafas pelan, dirinya tidak tau kenapa pemuda itu tidak pernah menghubunginya selama seminggu ini.

"Apa ini gara-gara malam itu?" Ucapnya pada diri sendiri.

Sarah berdecak sebal,"Harusnya aku nggak perlu marah. Kan Alam jadi ngehindar gini, apa dia marah yah?"

Sarah jadi berfikir waktu dia ketoko boneka bersama Justin, dia sempat melihat sesosok yang mirip dengan Alam. Tapi dirinya tidak yakin itu Alam, namun saat keluar dan melihat boneka beruang kesukaannya tergeletak didekat pintu, Sarah sekarang yakin itu memang Alam.

"Apa dia liat aku waktu itu? Terus salah paham?" Ucapnya bermonolog sendiri.

Sarah kembali mengeluarkan ponselnya dari saku, dan mencari nomor Handphone Sandi. Siapa tau anak itu tau keberadaan Alam. Namun sama saja, Sandi tetap tidak mengangkat ponselnya.

Sarah mengerang kesal,"Kenapa si!"

Sarah mencoba menenangkan diri, dan berfikir apa dia langsung menemui Alam dirumahnya saja. Sebab, seminggu terakhir ini Sarah tidak pernah berpapasan Alam dikampus. Sarah takut anak itu sakit, atau terjadi sesuatu yang lain.

"Sarah mau kemana?"

Baru ingin melangkah pergi, Justin tiba-tiba datang menghampirinya dengan senyum dimple andalannya. Sarah hanya bisa membalas senyuman pria tampan itu dengan tak kalah manisnya. Ini Justin, cowok idaman Sarah sejak SMA, yang malah satu kampus lagi dengannya. Dulu, pria ini adalah ketua OSIS di SMA nya. Bisa dibilang Justin ini cowok idaman sejuta umat. Tinggi, putih, manis, pintar, berbakat, badan bagus, ramah, dan yang pastinya sangat mengerti perempuan.

Sebenarnya, Sarah sudah naksir Justin dari lama. Namun saat Alam menembaknya, dia lebih memilih menerima Alam daripada memperjuangkan Justin yang sangat susah digapai. Tapi dengan melihat senyuman manis itu, Sarah tidak bisa menghentikan detak jantungnya yang berdebar kencang.

Sarah dengan linglung mencoba menjawab dengan se-tenang mungkin,"Oh, mau pulang kak. Sekalian kerumah Alam."

Justin mengangguk kan kepalanya pelan,"Pacar kamu?"

"I-iya."

"Kakak kira kamu belum punya pacar." Ucap Justin lirih, yang mendapat pelototan mata Sarah.

"Haa?"

Justin hanya terkekeh,"enggak. Niatnya aku mau ngajakin nongkrong dikafe, tapi kayaknya kamu nggak bisa. Yaudah pamit yah.." ucapnya berpamitan.

Namun belum jauh melangkah Sarah memegang tangan Justin, dengan tujuan menghentikan pria itu. Namun setelahnya melepas genggaman tangannya dari lengan Justin.

"M-mau kak."

Justin mengerutkan keningnya,"Hmm?"

Sarah tersenyum manis, lalu memberanikan diri menatap Alam,"Kita kekafe yuk, nanti ajah ke rumah Alam."

Justin membalas ajakan Sarah dengan tersenyum. Membuat Sarah memalingkan wajahnya. Bohong kalau Sarah tidak suka dengan Justin, bohong kalau dia bilang sudah move-on dari Justin, bohong juga kalau dia bilang tidak akan ingin jalan bersama Justin. Sarah itu masih sangat menyukai Justin, walau sekarang dirinya sudah mempunya sosok Alam yang begitu tulus mencintainya.

Namun, Sarah selalu berpendapat. Hanya Justin yang dapat membuatnya tersenyum dengan tulus. Hanya Justin yang bisa membuat jantungnya berdegup kencang, dan semua yang ada di Justin tidak bisa Sarah dapatkan dari Alam. Satupun tidak ada yang Sarah temukan.

Before You Say Love [Markhyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang