18|| pulang, silam!

237 16 1
                                    

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Sandi tidak tau penyebab pastinya kenapa akhir-akhir ini yang hanya ada di pikirannya hanya Kevin, namun dirinya juga tidak dapat berbicara kepada anak itu karena dia selalu menghindar saat akan disapa Sandi. Pemuda itu tidak tau kenapa dirinya sangat dihindari, padahal dia mengatakan untuk tidak berharap lebih kepadanya agar Kevin tidak terluka lebih dalam karena dia. Namun mungkin Kevin mengartikannya dengan salah.

Tok!

Tok!

Sandi mengetuk pintu kamar milik Silam, sebab dari semenjak tadi malam dia tidak pernah lagi membuka pintu kamarnya. Kemarin dia pulang dengan basah kuyup dengan wajah yang sangat pucat, saat Sandi bertanya dia malah berlalu begitu saja tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Dan masih saja sama, tidak ada respon dari sang pemilik kamar. Sandi hanya khawatir keadaan Silam dikamarnya, karena dia tidak pernah makan sejak kemarin malam.

"Lam, lo kenapa sih? "

Hening.

Sandi menghela nafas. Padahal dirinya sudah rela menginap di rumah Silam untuk menemaninya, karena ibu ada urusan yang harus diurus jadi harus meninggalkan Silam. Walau memang Sandi sejak kecil lebih banyak meluangkan waktu dirumah Silam daripada di rumahnya.

Sekali lagi Sandi mencoba memanggil Silam dari balik pintu, "Lam, makan dulu yuk! Lo kan tau kalau penyakit lo kambuh bisa berabe. "

Sandi sejenak menunggu jawaban dari Silam, dan setelahnya pintu kamar terbuka lebar. Sandi melihat Silam yang tersenyum, namun tidak setulus dulu.

Sandi hanya membalas senyuman itu, "Lo kenapa semalam?"

Silam menggeleng, "Gw nggak papa, San. Lo mau ke kampus kan? Sana gih, nanti lo lambat lagi! "

Sandi menggeleng pelan. Dia tau pria didepannya ini sedang menyembunyikan sesuatu. Sesuatu yang tidak mau dia bagikan.

"Lo kira gw kenal kemarin? Gw kenal lo dari kecil! "

Silam lagi-lagi hanya tersenyum, lalu mengambil sepiring nasi goreng yang ada ditangan Sandi.

"Sana kekampus! "

"Jangan ngalihin pembicaraan, Lam! "

Silam menatap Sandi yang nampak serius, lalu meletakkan nasi goreng itu dimeja dekat pintu.

"Nanti gw jelasin sama lo, mending kekampus dulu! "

Sandi berdecak sebal lalu mengangguk. Silam memang anak yang sangat jago kalau soal mengalihkan pembicaraan dan mengelak, sandi mengenalnya sejak kecil dan tau kalau memang dia tidak ingin membicarakannya maka tidak ingin. Silam itu keras kepala, dan juga kadang suka memendam sesuatu sendiri.

Sandi kembali menoleh kebelakang, menatap Silam yang masih berada diambang pintu kamar miliknya. Tatapannya dibalas senyuman lalu setelahnya Silam masuk kedalam kamar. Sandi menghela nafas ringan lalu berjalan kembali keluar dari rumah.

Silam yang berada dikamarnya mengintip dari sela pintu, dan dapat dia lihat Sandi sudah pergi. Dirinya kemudian bernafas lega lalu kembali ketempat tidur tanpa memakan sarapannya.

Entah kenapa sedari malam perutnya selalu sakit dan mual, tentu saja itu membuatnya tidak bisa makan. Obat yang diberikan dokter juga sudah dia makan tapi tidak membantu sama sekali.

Dia kembali teringat kemarin malam, itu seakan mimpi. Dia memarahi dirinya, kenapa begitu ceroboh menyimpan surat itu dilacinya, atau mungkin masih ada barang-barang yang tidak dia ambil di kampus?

Before You Say Love [Markhyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang