11|| Manusia 🔞

401 14 0
                                    

Ada sedikit adengan yang tak pantas ditiru!

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Walau perkataan manusia sangatlah meyakinkan, nyatanya tidak ada satupun yang membuktikan perkataannya. Ibarat ini hanya sebuah janji dalam permainan. Setelah permainan itu selesai maka janji itu akan ikut selesai. Lantas mengapa orang-orang selalu melakukan hal itu di dunia nyata. Tak memikirkan perasaan orang, tak pernah peduli seseorang.

Hari-hari terlewati dengan keadaan Silam yang sudah tidak seperti dulu. Tidak dengan penglihatan yang utuh, dan sudah tidak se aktif yang dulu. Benar, seberapa pun seseorang menahan luka dengan tersenyum.
Itu semua mungkin malah menjadi bahagia yang membuat Silam luka. Sadar bahwa sekarang dia harus benar-benar mundur untuk tidak mendapatkan Alam. Sadar bahwa Alam itu tidak bisa berhenti mencintai Sarah. Sampai kapanpun tidak akan pernah bisa.

"Mau nemenin sarah dulu, lam. Kamu bisa jaga diri sendiri kan?"

Ucap Alam saat ingin meninggalkan nya. Silam tidak tau bagaimana raut wajah dari Alam saat anak itu berpamitan ingin menemui sarah, namun dirinya yakin pemuda itu akan memasang mata berbinar dan wajah yang tak luput dari senyuman manisnya.

Silam yang tengah duduk termenung sambil mendengarkan suara rekamannya sendiri, yang sekarang tak bisa dia lakukan lagi dengan petikan gitarnya. Silam sebenarnya rindu akan semuanya, namun dirinya saat ini hanya ingin berusaha untuk bersyukur dengan keadaannya saat ini. Namun dari semua yang dia rindukan, hanya senyum Alam yang sangat Silam ingin lihat sekali lagi.

Silam tersenyum. Semua pikirannya ini sangat konyol. Dari mulai dirinya yang sudah sangat sering berkhayal akan hidup bersama Alam, dan dirinya yang bisa kembali seperti dulu. Itu konyol. Silam tertawa.

"Kenapa lu?" tanya sandi yang heran melihat Silam yang tiba- tiba tertawa.

Silam dengan tersenyum menggeleng, "Udah lama banget, tapi kenapa gw belum bisa terbiasa dengan keadaan gw sandi?"

Sandi terdiam sejenak, lalu mendekat dan menepuk pelan pundak sahabatnya itu, "ini hanya perihal waktu. Dan rasa ikhlas. "

"Seperti gw harus ngeikhlasin bapak pergi? Atau ngeikhlasin Alam sama Sarah? Atau tentang keadaan gw?"

Sandi nampaknya tau betul perasaan Silam . Harus setengah mati dirinya menahan sesak saat melihat Silam berkata seperti ini, namun sepertinya dirinya juga mulai terbiasa.

"Bukan semuanya. Tapi ikhlas tentang apa yang menurut lo mau di ikhlasin. "

"San, andai gw biasa ngedapetin semua yang nyatanya harus gw ikhlasin itu. "

Sandi kembali termenung menatap Silam, lalu tak lama memalingkan wajahnya kedepan. Sandi tau apa yang dibicarakan Silam, tentang mendapatkan yang harus dia ikhlaskan. Namun kembali lagi ke fakta bahwa dunia punya peraturannya sendiri.

" San, andai benar-benar ada kehidupan selanjutnya. Gw harap disana semua yang mau gw dapetin bisa terwujud. "

Sandi menghela nafas panjang, "Sebagai manusia kita bisa apa Silam. Mau bagaimanapun semesta ada yang atur. "

Perkataan sandi memang benar. Dan ternyata itu juga yang menjadi sebab perbedaannya dengan alam. Dimana dia percaya bahwa beribadah itu di masjid, sedangkan Alam yang percaya beribadah di gereja.

Sandi menepuk pelan pundak Silam, "udah serahkan semua kepada Allah, dia tau apa yang terbaik buat kita. Lagi pula, lo nggak bisa gini terus."

"Tapi Alam ingkarin janjinya San, dia bilang setelah hari itu dia nggak bakal balik lagi sama Sarah. Alam boong. "

Before You Say Love [Markhyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang