✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏
Hari ini Silam sudah bisa keluar dari rumah sakit, kata dokter dia hanya perlu banyak istirahat. Silam diantar pulang oleh ibunya, dan juga ada Sandi. Sebenarnya Alam juga ingin ikut menghantarnya pulang, namun mendadak ada telepon dari sang papa yang membuatnya harus pulang.
"Akhirnya Silam pulang Bu." Ucap Silam setelah sampai didalam mobil.
Ibunya mengelus lembut rambut Silam,"Iya, akhirnya anak ibu pulang. Nanti kalau dirumah, ibu akan masakin makanan kesukaan anak ibu ini."
Sandi yang mendengar percakapan ibu dan anak itu itu tersenyum tipis. Dirinya mana bisa seperti itu, bicara dengan orang tuanya saja sudah sangat sulit, apalagi ingin diperhatikan.
"Bu, apa Sandi perlu sakit juga untuk diperhatiin sama Bunda aku?"
Ibu Silam menatap Sandi terkejut, lantas tergelak,"Ada-ada ajah kamu ini. Nggak ada orang tua yang mau anaknya sakit."
Sandi menghela nafas panjang, lalu menyandar dikursi mobil,"Tapi Bunda nggak pernah perhatiin Sandi, Bu. Apa itu artinya dia nggak sayang sandi yah."
"Ya ellah baperan Lo, san!"
Sandi menatap Silam tak percaya,"Bisa-bisa nya Lo bilang gitu yah,lam."
Alam hanya terkekeh,"Walau gw buta, gw nggak bakal berhenti ngejek Lo. Lagian ada-ada ajah, bilang bunda Lo nggak sayang sama Lo."
Sandi menatap jutek Silam yang duduk disampingnya,"Dasar! Untung gw masih bersifat manusiawi."
Ibu Silam hanya geleng-geleng kepala. Kalau begini, dia tidak akan bisa sedih meratapi nasib anaknya kalau Sandi masih ada. Ibu Silam tidak akan terus menangisi anaknya yang kini sudah tidak bisa melihat.
Ibu Silam menoleh menatap anaknya yang tengah adu mulut dengan Sandi. Dia tersenyum simpul, ternyata anaknya kini sudah tumbuh besar dan tampan. Serta menjadi pemuda yang kuat dengan segala cobaan yang terus menerus datang.
Pak, anak kita udah besar. Sudah tau apa itu dunia yang sesungguhnya.
Tak lama, kini mereka bertiga sudah sampai didepan rumah. Setelah Taxi itu sudah pergi, mereka bertiga membuka pagar dan masuk didalam rumah. Silam tersenyum lebar saat sudah sampai didalam, walau dirinya sudah tidak bisa melihat isi rumah, aroma dan suasana disini masih sama rasanya. Sangat tenang, dan sangat membuat Silam nyaman.
"Kenapa Silam?"
Silam menggeleng,"Bu, bantu Silam ngenalin isi rumah kembali yah?"
Ibunya dan Sandi membeku. Lalu menatap Silam yang tengah tersenyum ditengah-tengah mereka. Sungguh tidak ada rasa sedih, sakit, didalam wajah Silam saat ini. Sandi menatap sahabatnya itu dengan salut, karena dia masih bisa berdiri dan tersenyum dengan tegar padahal masalahnya begitu banyak.
"Iya, nanti ibu sama Sandi bakal bantu Silam. Tapi jangan sekarang yah? Sekarang Silam istirahat dulu."
Silam mengangguk setuju,"Iya Bu. Tapi Silam boleh minta sesuatu?"
"Silam minta apa?"
"Biarin Silam kekamar Silam sendiri yah Bu?"
Ibu Silam menatap Sandi. Sandi tersenyum hangat dan mengangguk, seperti mengatakan biarkan Silam melakukan itu. Tapi dia tidak bisa menyetujui permintaan anaknya itu, dia takut Silam akan terluka.
"Tapi Silam. Ibu takut kamu terluka."
Silam mencoba meraih tangan ibunya, lalu menggenggamnya dengan lembut,"Silam bisa Bu. Ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You Say Love [Markhyuck]✔
Fanfic❛❛ 𝘿𝙚𝙠𝙖𝙥 𝙖𝙠𝙪, 𝘼𝙡𝙖𝙢. 𝙎𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙠𝙖𝙩𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙞𝙠𝙪. ❞ · · ─────── ·𖥸· ─────── · · || SELESAI ||✔ ⚠️WARNING⚠️ BOYSLOVE STORY/GAY! DON'T PLAGIAT! JANGAN SALAH LAPAK! ©keripikpi...