15|| What about me?

175 15 0
                                    

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Sandi duduk di taman rumah sakit dengan perasaan kesal. Jarinya terkepal kuat dan matanya menatap tajam ke depan. Melihat Alam yang ada disana cukup memberi jawaban kepada Sandi kenapa Silam bisa sampai drop lagi, dia tau pasti penyebabnya tak lain pemuda itu lagi.

Kevin dari kejauhan mulai perlahan mendekati Sandi, lalu menepuk pelan pundak pria itu. Sandi tak menghiraukannya membuat kevin ikut duduk disampingnya.

"Kenapa, kak?"

"Enggak."

Kevin tersenyum tipis,"Enggak mungkin kakak semarah itu kalau nggak ada apa-apa, aneh!"

Sandi membuang nafas kesal, lalu beralih menatap Kevin yang berada disampingnya dengan tatapan datar.

"Jangan sok tau!"

"Kalau gitu bilang dong! "

Sandi tetap tidak menjawab pertanyaan kevin tersebut malah sibuk berdiam diri. Kevin terus saja menunggu jawabannya, membuat sandi risih terus-menerus ditatap oleh anak itu.

"Lo nggak bakal ngerti, Vin!" ujar Sandi.

Kevin terkekeh pelan, "Kakak juga nggak bakal paham jadi posisi orang. Mungkin bagi kakak orang itu jahat, tapi mungkin yang dia pikir ini nggak jahat. "

Sandi kembali mengalihkan pandangannya menatap Kevin, melihat anak itu nampaknya sangat serius dengan ucapannya.

"Maksud lo? "

Kevin mendekat kearah Sandi lalu merangkulnya, "Maksud aku, kalau ambil keputusan itu jangan sepihak! Kayak kakak merasa cuman kita yang benar tanpa memikirkan perasaan orang. Walau aku nggak tau permasalahan kakak, cuman itu doang sih pesan aku. "

Sandi yang dinasehati malah tertawa kencang, kevin yang melihatnya heran.

"Kenapa? " tanya Kevin penasaran.

"Kayak kamu udah dewasa ajah!"

Kevin tersenyum lebar, "Aku emang udah dewasa kak, cuman kalau dari sudut pandang kakak aku masih bocil! "

Sandi sekali lagi terdiam. Kalau dipikir-pikir yang dikatakan bocah ini juga ada benarnya, karena Alam tidak tau perasaan Silam yang sebenarnya dia mungkin merasa tidak menyakiti Silam karena rasa suka silam kepada dirinya. Tapi gara-gara Alam, Silam jadi begini. Karena untuk kebahagian Alam, Silam harus menderita seperti ini. Bukankah Alam egois tidak memikirkan kebahagiaan Silam juga? Walau sekedar sahabat juga tidak papa.

Sandi sesekali melirik Kevin, melihat dia masih setia duduk disampingnya sambil menatap langit-langit malam. Namun setelahnya kembali mengalihkan pandangannya setelah Kevin ikut menoleh menatapnya.

"Vin, nggak mau gw anterin balik? " ucap Sandi ditengah keheningan.

Kevin menggeleng, "Enggak usah, rumahku deket kok! Jalan kaki ajah udah nggak jauh."

Sandi hanya membalasnya dengan anggukan. Dia selama kenal kevin baru tau rumahnya ternyata dekat dengan rumah sakit.

"Kalau gitu kenapa malah nemenin gw? Nggak balik ajah? "

Kevin mengernyitkan dahi, "Ngusir? "

Sandi dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Enggak! Gw cuman nanya anjing! "

"Aku mau nemenin kakak ajah! Dari pada kesepian? " ucap kevin kemudian kembali tersenyum.

Sandi menatap kevin dengan takjub, entah kenapa kalau melihatnya Sandi dapat merasakan aura yang sama saat melihat senyum Silam, senyuman yang selalu membuat Sandi takjub akan diri Silam.

Before You Say Love [Markhyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang