✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏
Hari ini adalah hari yang terbaik bagi Silam, hari dimana dia dan Alam menghabiskan waktu bersama sepanjang hari. Dari mulai naik motor mengelilingi kota Jakarta hingga mencoba semua makanan yang ada dipinggir jalan, tentu saja Alam yang mentraktirnya.
Saat ini Silam dan Alam singgah di penjual bubur ayam yang direkomendasikan Alam, katanya dia selalu makan bubur Ayam disini. Dan benar saja, saat tiba disana banyak sekali orang yang mengantri hanya untuk memakan bubur ayam itu.
"Bubur ayamnya 2 ya, pak! " pesan Alam saat giliran mereka berdua yang memesan.
Setelah memesan bubur, Alam kembali ke tempat duduk miliknya dan silam lalu mengobrol ringan sembari menunggu pesanannya.
"Lam?" Panggil Alam.
Silam menoleh kearah Alam yang berada di depannya, "kenapa?"
Alam didepan tersenyum tipis, dan perlahan tangannya bergerak mengacak rambut Silam dengan lembut, "Makasih udah nemenin gw jalan-jalan. "
Silam mengangguk, "pantasnya gw yang mau terimakasih, padahal lo bisa ngajak Sarah yang nemenin lo! Kenapa harus gw, coba? "
Alam terdiam sebentar, lalu kembali tersenyum, "Dia nggak sama, Lam. Gw lebih nyaman ajah jalan-jalan berdua gini sama lo. Lagian, Sarah lagi sibuk mikirin skripsinya. "
Silam sekali lagi hanya mengangguk. Dapat dia jelas betul raut wajah kecewa dari Alam saat mengatakan hal itu.
Tak lama pesanan keduanya sudah jadi, Alam terlihat begitu antusias menerima bubur itu, sedangkan Silam nampak mual. Entah kenapa perutnya serasa diobok-obok di dalam dan rasanya sangat sakit entah kenapa. Dia meremas perutnya dengan keras, dan mati-matian menahan agar tidak merintih.
Alam yang melihat Silam nampak kesakitan menghentikan makannya, "Kenapa, Lam? Ada yang sakit?"
Silam berusaha tetap tersenyum dan mencoba menyendok makanannya, "Enggak kok, Al! Buburnya panas ajah jadi a
Gw dinginin bentar. "Alam mengangguk dan kembali melanjutkan makannya. Tapi Silam nampak masih tidak memakan buburnya, namun Alam yakin Silam itu anaknya tidak pemilih dalam makanan jadi tidak mungkin dia tidak menyukai buburnya.
"Lam, lo nggak papa? Atau nggak suka sama buburnya? " tanya Alam mencoba memastikan.
Belum sempat menjawab pertanyaan Alam, silam lebih dulu berlari masuk ke arah kamar mandi. Alam yang melihatnya langsung segera menyusul Silam kekamar mandi, mencoba mengetahui keadaan anak itu.
"Lam, lo nggak papa?"
Alam terus menggedor-gedor pintu kamar mandi itu, saat didengar Silam didalam sana sudah muntah-muntah. Tak lama pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Silam dengan wajah pucatnya bagai mayat, tapi dia tetap tersenyum diambang pintu itu.
Alam menatapnya khawatir, lalu mendekat kearahnya, "Kenapa Silam? Kok bisa gitu? "
Silam mencoba mengelak lagi, "Enggak papa, Al. Palingan penyakit lambung aku yang kambuh. Enggak papa! "
Alam masih ingin bertanya, tapi tiba-tiba Silam kembali mual dan kembali masuk memuntahkan sisa yang masih ada di perutnya. Alam tak tinggal diam dirinya menyusul kesana dan mencoba memijat leher pemuda itu.
Setelah habis semua isi perut Silam dia keluarkan, dirinya bersandar lemas ditembok kamar mandi dengan nafas tersengal. Alam membersihkan bekas muntahan Silam, lalu beralih memastikan keadaan anak itu.
Alam menyeka keringat Silam dengan sapu tangannya, lalu menatapnya dengan khawatir, "Lam, lo nggak papa? Muka lo pucet banget! "
Silam membuka matanya perlahan, lalu tersenyum tipis, "Enggak papa, Al! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Before You Say Love [Markhyuck]✔
Fanfic❛❛ 𝘿𝙚𝙠𝙖𝙥 𝙖𝙠𝙪, 𝘼𝙡𝙖𝙢. 𝙎𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙠𝙖𝙩𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙠𝙖𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖𝙞𝙠𝙪. ❞ · · ─────── ·𖥸· ─────── · · || SELESAI ||✔ ⚠️WARNING⚠️ BOYSLOVE STORY/GAY! DON'T PLAGIAT! JANGAN SALAH LAPAK! ©keripikpi...