17|| Rahasia terbongkar

202 12 2
                                    

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Sandi berjalan pelan di Koridor kampus, hari ini dia berangkat sangat pagi. Tentu saja area kampus masih sepi, karena memang jam masih menunjukkan pukul 7 pagi. Sandi sengaja cepat datang ke kampus niatnya ingin bersantai-santai saja terlebih dahulu, ataupun bisa melakukan hal-hal lain.

Ditengah perjalanan netranya tertuju pada pemuda yang berjalan kearahnya menggunakan jaket hitam dengan topi hitam yang bertengger dikepalanya. Semakin pemuda itu mendekat Sandi yakin sekali itu adalah Kevin. Namun saat Kevin sudah sangat dekat dengannya, pemuda itu malah menunduk dan berlalu begitu saja disamping Sandi tanpa menegurnya sedikit pun.

Sandi menatap heran kepergian Kevin lalu berinisiatif untuk memanggilnya, "Kevin, vin?! " panggilnya.

Namun sepertinya Kevin seakan tuli. Dia sama sekali tidak menghiraukan panggilan Sandi dan tetap melanjutkan langkahnya tanpa bergeming sedikit pun.

Sandi tak mau kalah, dirinya akan mengejar  Kevin. Tapi baru selangkah, ada pikiran yang menahannya. Kejadian malam itu, saat Sandi terang-terangan menyuruh kevin untuk tidak berharap lebih kepadanya mungkin jawaban yang sudah didapatkan Sandi karena sikap Kevin itu.

Sandi menarik kembali kakinya, dan memilih untuk tidak mengejarnya. Seharusnya dia senang kalau anak itu tidak mengganggunya lagi, inilah yang memang dimintanya bukan?

"Apa gw terlalu jahat yah bilang gitu sama, kevin?" ujarnya sendiri.

Sebenarnya Sandi ingin meminta maaf, tapi dirinya juga gengsi atau malah dibilang aneh oleh Kevin.

Sandi menghela nafas panjang, terlihat punggung Kevin sudah perlahan mulai hilang, "Secepat ini lo nyerah, Vin? Gw kira lo bakal nggak berhenti walau gw bilang kayak gitu. Gw jahat banget yah?"

Entah kenapa tiba-tiba perasaan bersalah muncul dibenak Sandi. Tapi lagi-lagi dirinya membuang jauh-jauh pikiran itu. Lagi pula ini bukan salahnya.

Sandi melanjutkan langkahnya, yang tadinya ingin ke taman belakang jadinya hanya ke kelas saja. Saat tiba di ruangan itu semuanya nampak sunyi, hanya ada dia didalam sana.

Sandi duduk di kursinya, memakai earphones dan menenggelamkan wajahnya dikedua lipatan tangan. Sekali lagi dia terpikir kepada Kevin. Kalau memang benar perkataannya itu sangat menyakitkan apa perlu dia minta maaf?

"Kevin gw mau ngomong!"

Kevin yang memakai earphones dengan suara kencang tak mendengar sedikit pun sapaan itu.

Alam yang sedang berdiri didekat mejanya berdecak sebal lalu melepas benda putih itu dari telinga Sandi.

Sandi reflek mendongakkan kepalanya saat dirasa benda itu lepas dari telinganya, "Kenapa, lo? " tanyanya kesal.

Alam meletakkan earphones itu dimeja, "Gw mau ngomong sesuatu. "

Sandi memutar bola matanya malas, lalu kembali memasang benda itu dan menenggelamkan kembali wajahnya dikedua lipatan tangan.

Alam menghela nafas kesal, lalu kembali dia lepas benda itu dan dilempar sembarangan.

Brak!

Sandi memukul meja dengan keras lalu berdiri menatap Alam dengan tajam, "Belum puas lo nyakitin, Silam? Sekarang apa lagi mau lo? "

"Gw nggak pernah ngerti maksud ucapan lo yang itu, tapi yang pastinya yang mau gw tanyain ini tentang Silam. "

Sandi tersenyum meremehkan, "Lo mau nanya apa lagi tentang dia? Belum cukup lo nyakitin dia selama ini? Lagian lo udah punya Sarah, lupa? "

Alam mengepalkan tangannya dengan kuat, "Gw udah bilang, Sarah sama Silam nggak boleh disamain! Sayang gw sama Silam itu beda, kenapa sih Sandi! "

Before You Say Love [Markhyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang