Page 13

86 16 1
                                    

Lesley mengerjabkan mata nya beberapa kali menyesuaikan sinar matahari sore yang masuk ke netra nya. Ia terbangun dengan perasaan terkejut, karena saat ia melihat ke sekeliling ia mendapati bahwa ia sedang berada didalam kamar.

Yang ia pikirkan adalah ini kamar siapa? Siapa yang membawanya kesini? Ia masih segel kan? Ia tidak di apa-apakan kan? Oh tuhan sebenarnya ia dikamarnya siapa sekarang? Dan siapa yang menggantikan pakaian nya?

Lesley langsung terduduk di atas kasur dan ia mendapati siluet lelaki yang tidur di sofa kamar menggunakan dua bantal dan satu selimut yang melekat di tubuhnya. Ia mengenalinya.

"GUSION! APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN?!" Pekik Lesley panik. Sungguh, bila lelaki itu berbuat kurang ajar padanya ia tidak akan segan-segan untuk menyunati burung lelaki itu sampai habis tak tersisa.

Gusion, lelaki yang tertidur di sofa itu membuka matanya akibat teriakan membahana yang keluar dari mulut Lesley. Ia memandang kesal kearah Lesley, dan tangan nya tergerak untuk melempari perempuan itu dengan salah satu bantal yang ia pakai.

"Kau sangat berisik! Berterimakasih lah padaku, bila aku tidak menolong mu mungkin kau sudah tidak bisa melihat matahari lagi seperti sekarang." Jawab Gusion lalu kembali melanjutkan tidurnya membelakangi Lesley yang terdiam.

Lesley menatap penuh permusuhan punggung Gusion yang tertidur membelakangi nya. "Siapa juga yang menyuruhmu untuk menolongku?" Lirih perempuan itu tidak terdengar sampai telinga Gusion.

Cklek

Pintu kamar terbuka lebar menampilkan seorang perempuan yang kedua tangan nya memegang nampan berisi makanan dan minuman, perempuan itu sebelumnya membuka pintu menggunakan tendangan kaki.

Kedua tangannya ia gunakan untuk memegangi nampan agar tidak tumpah.

"Jam berapa?" Tanya Lesley kepada perempuan itu.

"15 : 30 PM, sekolah sudah pulang."

"Lesley? Kau sudah sadar? Bagaimana dengan tubuhmu? Apa kau sudah merasa baikan?" Tanya perempuan itu beruntun sembari meletakkan nampan tadi di atas nakas lalu berjalan mendekati Lesley setelah menjawab pertanyaan Lesley tadi.

Lesley mengangguk. "Tentu saja. Aku tidak selemah itu, Melissa. Dan tubuhku baik-baik saja." Jawabnya penuh percaya diri, membuat Melissa menghela nafas.

"Ley, kau manusia, perempuan lagi. Jadi hal wajar bila kau merasa sakit, dan aku tidak mau kau menyembunyikan rasa sakitmu lagi." Ujar Melissa membuat Lesley mematung.

"Tapi aku tidak ingin dianggap lemah!" Sarkas Lesley membuat Melissa terkejut namun berhasil ia tutupi. Melissa beralih memegang kedua bahu Lesley.

"Siapa yang mengatakan mu lemah? Hah? Lesley, ingat ada kalanya seseorang merasa lelah dan membutuhkan sebuah sandaran untuk bertahan. Dan maka dari itu, kau bisa menjadikanku sebagai sandaran mu kapanpun kau butuh." Terang Melissa sedangkan Lesley mengalihkan pandangan nya agar tidak menatap mata Melissa.

"Lagipula kan kau nanti akan menjadi kakak ipar ku."

Tuh kan! Merusak suasana saja! Padahal tadi ia berhasil terenyuh dengan kata-kata bijak Melissa. Namun sekarang sudah menjadi dongkol lagi.

Gagal sad deh.

Lesley menjitak kepala Melissa membuat perempuan itu mengaduh kesakitan. Melissa mencurutkan bibirnya kesal. "Apaan sih, Ley?! Kan yang aku omongin emang bener! Kalian itu co--

Perkataan nya terpotong tatkala Lesley membungkam mulutnya agar tidak melanjutkan kalimat yang terdengar menyebalkan ditelinga Lesley. Kesal juga lama-lama.

"Ih! Tangan mu bau jengkol Lesley. Tadi malam kau habis makan jengkol ya sebelum sekarat?" Celetuk Melissa dengan wajah jijik sambil menutup mulutnya sendiri menggunakan kedua telapak tangan nya.

The School : MLBB Fanfiction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang