Page 11

99 16 8
                                    

Setelah pulang dari restaurant tempat bertemu nya Wanwan dengan keluarga dari lelaki yang bernama Ling, yang katanya Fanny adalah calon tunangan nya.

Ia masih tidak menyangka, bukankah sama saja kedua orang tua nya itu berniat menjodohkan nya? Memang sih, Ling itu tampan. Tapi, ia tidak mau dijodohkan juga kali! Ia masih ingin memilih-milih pasangan hidup, lagian ia juga masih remaja kelas 10 SMA.

Masih sangat muda kan?!

Oh ayolah, Wanwan tidak mau bertunangan ataupun menikah atas dasar perjodohan yang bahkan tidak dilandasi rasa saling mencintai. Ia tidak mau!

Ia juga tidak pernah bertemu dengan Ling sebelumnya, jadi ia tidak tahu Ling itu orangnya seperti apa. Bagaimana jika setelah bertunangan dengan nya, Ling berubah menjadi seorang psikopat yang sering ia tonton di film hasil link haram dari Angela?

"AAAAA, ENGGAK! POKOK NYA AKU GAMAU TUNANGAN! HUAAAA!"

Wanwan terus saja berteriak histeris di ruang kamarnya sambil menangis meraung-raung. Bahkan teriakan membahana nya sampai ke lantai bawah membuat Fanny, Tigreal dan Xavier yang berada diruang tamu menutup kedua telinga nya.

"Bun, itu anak siapa sih? Kayaknya di silsilah keluarga kita ga ada yang punya suara senyaring itu deh." Celetuk Tigreal sembari menutup kedua telinga nya untuk menghindari hal yang iya-iya.

Fanny pun juga menggeleng dengan raut wajah bingung. "Bunda juga gatau ayah, apa jangan-jangan Wanwan bukan anak kandung kita?" Asumsi Fanny membuat Xavier yang sedang minum tersedak.

"Bunda, jangan gitu. Nanti kalo Wanwan denger rumah bisa roboh gegara amukan dia." Balas Xavier.

Sedangkan Wanwan yang terus saja berteriak kencang, membuat tenggorokan nya gatal dan ia pun terbatuk. "Uhuk! Uhuk!"

"IH KOK HARUS BATUK SEGALA SIH?! KAN JADI GA ESTETIK!"

***

Hari ini adalah jadwal pelajaran olahraga bagi para murid kelas XI IPA 1. Kelas nya para murid-murid yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. IPA 1 adalah kelas yang dikenal sebagai kelas unggulan, para murid yang masuk kesana pun rata-rata bila tidak pintar mereka kaya.

Saat ini Gusion sedang duduk di pinggir lapangan tepatnya dibawah pohon yang rindang, setelah berlari mengitari lapangan yang seluas jidat nya Bu Aurora ini sebanyak 10× putaran.

Tanpa Gusion sadari ternyata pohon yang ia gunakan untuk bersandar itu disebaliknya terdapat Julian yang sedang memejamkan mata, entah itu tidur atau hanya sekedar beristirahat.

Sekarang Gusion menyadari keberadaan Julian, namun lelaki itu enggan untuk memulai pembicaraan. Terlalu malas, itupun kalau ditanggapi dengan baik oleh orang yang menjadi lawan bicara, bagaimana bila ternyata jawaban sang lawan bicara tidak sesuai ekspektasi atau sangat singkat. Lebih baik diam, menunggu diajak bicara daripada mengajak bicara.

"Kau siapa?" Tanya Julian ketika menyadari keberadaan Gusion, dengan setengah kesadaran karena ia baru saja tidur.

"Gusion."

Julian mengernyitkan dahi bingung, namun setelah nya ia mengangguk. "Sekelas?" Kini berganti Gusion yang mengangguk.

Pembicaraan dua orang pendiam memang sangat canggung, atau bahkan terkesan saling tidak peduli? Memang sebaiknya, orang pendiam memiliki lawan bicara yang tidak bisa diam agar suasana antara mereka tidak  canggung dan dingin.

Hayabusa tiba-tiba datang sambil membawa dua botol minum. Lelaki itu memasang senyum kecil melihat Gusion dan Julian yang berinteraksi, apakah sekarang sahabatnya itu akhirnya akan memiliki teman selain dirinya? Bila iya, Hayabusa akan bersyukur.

The School : MLBB Fanfiction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang