Entah karena malam ini pemandangan langit begitu indah atau karena hal lain. Aktor kelahiran 88 itu tampak melangkah cepat menyusuri lorong apartemennya dengan senyuman yang tidak luntur sedari pria itu keluar dari lift. Sesekali pria itu mengecek ponsel yang sedari tadi tidak lepas dari tangannya. Bibirnya tidak bisa menahan senyum lagi ketika pria itu mengamati layar persegi panjang tersebut menampilkan pesan dari seseorang. Pria itu sedikit terkekeh hingga akhirnya sampai tepat pada depan pintu apartemen miliknya. Tangan kirinya yang menganggur dengan lihai memasukkan pin.
Ketika pintu apartemennya berhasil terbuka tampak sesosok wanita sudah menunggunya di depan pintu. Kedua tangan wanita itu terlentang dengan senyuman lebar di wajahnya. Wanita itu tidak mengatakan sepatah kata apapun tetapi matanya terlihat berbinar mengamati Haein yang juga tersenyum melihatnya. Pria itu terkekeh kecil.
Haein tetap pada posisinya sambil mengamati wanita di depannya yang masih merentangkan tangannya dengan senyum lebar. Tanpa berpikir panjang, Haein berhambur ke pelukan wanita itu. Memeluknya dengan erat yang disambut pelukan tak kalah eratnya. Haein sedikit mengangkat tubuhnya dan berputar dengan posisi tangannya yang masih memeluk tubuh mungil wanita itu. Perlakuannya barusan berhasil membuat wanita itu berteriak.
"Oppa berhenti!"
Jisoo, kilat mata wanita itu tidak pernah berbohong. Dari matanya dapat dilihat wanita itu sedang gembira. Kedua tangan mungilnya masih bertengger pada pinggang Haein. Wanita itu memeluknya semakin erat. Kepalanya mendongak hingga dagunya hampir bersentuhan dengan dada Haein.
"Congratulations. Our actor Jung Haein for your award. I'm so proud of you!"
Haein tersenyum mengamati Jisoo yang kini terlihat sangat senang. Pria itu memang baru saja memenangkan award di salah satu ajang penghargaan. Jangan tanyakan bagaimana Jisoo mengetahui pria itu menang. Setelah menerima piala penghargaan pria itu langsung memberi kabar Jisoo yang saat itu sudah ada di apartemennya. Padahal Jisoo juga melihat acara penghargaan tersebut di telivisi hanya saja, Jung Haein yang keras kepala itu tetap bersikeras untuk mengabarinya walaupun di tengah - tengah presenter yang sedang membacakan nominasi untuk kategori lainnya.
"Mana hadiah untukku?"
Pria itu mengeratkan pelukannya sembari mengusap pelan punggung Jisoo. Kedua alisnya tampak naik ketika mempertanyakan perihal hadiah pada Jisoo. Wanita itu terkekeh kemudian melepaskan pelukannya. Kini Jisoo menarik tangan Haein, menggeretnya menuju meja makan.
Pria itu membelalakkan matanya mendapati ada banyak hidangan makanan yang tersaji di meja makannya.
"Kau yang membuat semua ini?"
Haein sedikit tidak percaya jika Jisoo yang memasak semuanya. Pasalnya Jisoo tidak begitu pandai dalam hal memasak. Biasanya Haein yang akan memasak sarapan atau makan malam untuk mereka berdua. Pernah sekali Jisoo bersikeras untuk memasak sarapan dan berakhir dapurnya berubah menjadi kapal pecah. Mulai detik itu juga Jisoo memutuskan untuk tidak pernah memasak jika berada di apartemen Haein.
Jisoo merespon pertanyaan Haein dengan gelengan. Wanita itu melenggang menuju table bar, mengambil gelas wine dan sebuah botol wine kesukaan Haein.
"Aku memesannya."
Haein menggigit bibirnya untuk menahan tawa. Bukankah lucu? tebakannya benar. Wanita itu tidak mungkin memasak makanan sebanyak ini hanya dengan waktu singkat. Pria itu berdehem sambil mengangguk - anggukan kepalanya.
Haein menggeser kursi makan di depannya dan duduk berhadapan dengan Jisoo. Jisoo menuangkan wine ke gelas milik Haein sedangkan Jisoo? Dia lebih memilih minum americano miliknya dibandingkan wine mahal milik haein. Toleransinya benar - benar sangat rendah terhadap alkohol. Dia tidak ingin membuat Haein kewalahan karena dia akan terus mengeluh setelah meminum wine.