Nonsan Onbit

1K 101 30
                                    

Jika ditanya frasa apa yang patut Jisoo ungkapkan untuk menggambarkan perasaannya saat ini mungkin detik itu juga Jisoo tidak akan bisa menjawab. Hatinya terlalu membuncah untuk mengekspresikan kebahagian. Kembali bertemu dengan Haein setelah sekian lama benar - benar waktu yang sangat ia rindukan. Bahkan dia tidak ingin sejengkalpun meninggalkan pria yang sekarang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Tidak henti - hentinya wanita itu tersenyum hanya dengan mengamati wajah Haein yang tenang dalam tidurnya. Tangan kekar yang melingkar pada pinggangnya pun seakan - akan tidak memperbolehkan Jisoo untuk beranjak dan mengubah posisi dari ranjang satu senti pun.

Tidak masalah. Toh siapa juga yang akan beranjak dari sana? Tidak peduli saat ini jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Ia hanya ingin berlama - lama memandangi kekasihnya setelah sekian lama tidak bertemu. Selama satu bulan ini dia hanya bisa memandangi wajah Haein dari layar ponsel tapi sekarang tidak lagi. Wajah itu nyata ada di depannya, menghadapnya dan bahkan merengkuh tubuhnya. Saling berhadapan seperti sekarang membuat Jisoo dapat mendengar deru nafas Haein yang teratur dan hal itu membuat Jisoo tidak bisa menahan senyumnya.

Cukup lama Jisoo memandangi wajah Haein sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk menyentuh permukaan wajah pria itu. Jari telunjuknya dengan sangat hati - hati menyusuri tiap bagian lekuk wajah Haein. Dimulai dari mengusap pelipis pria itu kemudian merambah ke bagian alis yang membentuk garis horizontal sempurna. Setelah puas, jari telunjuknya beralih pada hidung bangir Haein. Menyusuri lekukan itu perlahan membuat sang pemilik sedikit terusik. Meskipun begitu, mata pria itu enggan untuk terbuka dan malah mengeratkan pelukannya pada pinggang sang kekasih. Dan tentu saja Jisoo tidak menghentikan aktivitasnya. Perlahan telapak tangan kanannya menangkup wajah pria itu sembari mengusap pipinya perlahan. Biasanya Jisoo akan menyesal karena bangun lebih awal tapi kali ini tidak. Bangun lebih awal tidak buruk juga pikirnya. Justru karena hal itu ia bisa lebih lama mengamati wajah tenang Haein dalam tidurnya.

Kedua netranya dengan lamat mengamati tiap sudut wajah Haein yang membuat dirinya berkali - kali bertanya dalam hati bahwa sekarang bukanlah mimpi. Ah, syukurlah kulitnya masih bisa merasakan hawa dingin di musim salju ini. Itu berarti sosok pria di hadapannya ini nyata.

Ketika ibu jari Jisoo perlahan mengusap bibir Haein, mata pria itu perlahan terbuka. Menampilkan sosok wanita yang beberapa minggu terakhir ini selalu membuat hatinya dengan susah payah membendung rindu yang tak terelakkan. Perlahan kedua sudut bibir Haein terangkat. Matanya mengerjap perlahan seraya tangan kekarnya merengkuh tubuh mungil Jisoo. Menariknya untuk lebih dekat dengan usapan lembut pada punggungnya.

Pagi yang cukup indah di Nonsan. Melihat Jisoo tersenyum hangat ke arahnya adalah momen yang paling ia rindukan di pagi hari. Haein semakin mengeratkan pelukannya ketika Jisoo beringsut mencari kehangatan dalam rengkuhan tangan kekar Haein mengingat ia hanya menggunakan kemeja biru sebatas lutut pemberian Jennie.

"Kenapa kau menggunakan baju yang sangat tipis, hm? sekarang sedang musim dingin."

Pertanyaan Haein membuat wanita itu mendongakkan kepalanya. Menatap Haein yang tampak berantakan ketika bangun tidur. Sekilas ia terkekeh seraya telapak tangannya yang semula bertengger di pipi Haein kini turun mengusap sisi leher pria itu.

"Ah.. atau kau sengaja menggunakannya agar aku bisa melihat tato di sisi kanan tubuhmu?"

Tangan Haein yang masih bertengger di punggung Jisoo perlahan turun untuk mengusap pinggangnya. "kau sudah mengirim foto tatomu minggu lalu."

Ah, perihal tato. Tidak. Tentu saja Jisoo menggunakan baju tersebut bukan agar Haein dapat melihat tatonya. Hanya saja kemeja biru tersebut sangat nyaman digunakan untuk tidur. "Bukan.." Ia berdecak pelan sebelum akhirnya kembali beringsut ke dalam pelukan Haein. Menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Haein yang membuat pria itu kembali mengeratkan pelukannya pada tubuh Jisoo.

Slice of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang