Mole

711 102 14
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam tapi Jisoo masih berkutat dengan ponselnya. Wanita itu duduk bersila diatas ranjang dengan kedua alis yang bertaut mengamati benda persegi panjang tersebut. Matanya sesekali mengarah ke sudut ruangan lalu kembali berfokus pada ponsel miliknya lagi. Pun jari jemarinya aktif bermain diatas layar. Mengetikkan sesuatu entah apa itu.

Aktivitasnya terhenti sejenak ketika sesosok pria baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan kaus putih kebanggannya. Tapi itu tidak berlangsung lama. Ia hanya melirik sekilas kemudian kembali berfokus pada ponselnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Haein yang baru saja keluar dari kamar mandi memposisikan dirinya duduk di tepi ranjang seraya netranya menuju ke arah ponsel yang kekasihnya mainkan sedari tadi. Jisoo yang tidak menjawab pertanyaan tersebut hanya mengangkat bahunya kemudian kembali memainkan jari jemarinya pada layar ponsel. Pun Haein yang merasa tidak mendapat jawaban memutuskan untuk menggeser tubuhnya lebih dekat. Melihat apa yang sedang Jisoo lakukan. Pria itu terkekeh kecil menggelengkan kepalanya seraya badannya bersandar pada headbord ranjang. Hal itu membuat Jisoo berhasil menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah sumber suara

"Kenapa?"

Haein hanya menggeleng sebagai jawaban "Kenapa kau membuka pertanyaan di story instagram di tengah malam seperti ini." Wanita itu menyipitkan matanya seraya berdesis. Apakah Haein menganggapnya konyol karena melakukan ini?

"Aku hanya bosan." Wanita itu kembali berfokus pada ponselnya. Mengetikkan sesuatu, hingga kemudian tak lama setelahnya ia menyimpan benda tersebut di nakas samping ranjang.

"Tapi aku membuat keputusan yang salah."

Haein mengangkat salah satu alisnya ketika Jisoo menoleh dengan wajahnya yang datar. Wanita itu menghela nafas pelan seraya bibirnya tertekuk maju. "Aku kewalahan karena mereka semua menghujamiku dengan berbagai pertanyaan."

Haein sudah tidak heran jika kekasihnya seperti ini. Tekadnya akan berubah - ubah sesuai suasana hatinya. Hei, apakah mood wanita akan selalu seperti ini? berubaha tidak lebih dari hitungan jam?

"Oppa, berhenti tertawa.." ujar Jisoo memelas. Bagaimana Haein tidak tertawa. Ia melihatnya sendiri. Melihat bagaimana Jisoo sangat antusias tadi untuk melakukan itu. Tapi menit berikutnya ia memutuskan untuk mengakhiri tanya jawab yang ia mulai. Tidak. Jisoo bukannya tidak mau menjawab semua pertanyaan dari fansnya. Tapi hanya sajaㅡ semuanya sangat banyak dan beragam. Ia tidak tau harus mulai menjawab dari mana.

Melihat Jisoo yang memelas membuat Haein menghentikan tawanya. Pria itu mengedarkan pandangannya dan berhenti pada nakas di sampingnya. Sorot matanya tertuju pada benda berbentuk karakter melody yang ada diatas nakas tersebut.

"Kau belum meminum vitaminmu hari ini."

Jisoo mendengus ketika Haein mulai membuka pill box melody miliknya dan mengeluarkan beberapa vitamin yang memang belum ia minum hari ini. Selepas Jisoo sembuh dari covid, kekasihnya itu selalu memantaunya perihal kesehatan. Ah, Jisoo masih ingat bagaimana Haein dengan sangat berlebihan mengirimnya makanan dan vitamin ke apartemen saat masa karantina. Pagi, siang dan malam. Kekasihnya itu tidak pernah absen menyuruh Jisoo untuk mengecek suhu tubuh dan tekanan darahnya. Pria itu bahkan hendak ingin menyuruh dokter untuk datang ke apartemennya tapi Jisoo menolak. Karena menurutnya itu.. sangat berlebihan.

Jisoo hanya bisa pasrah ketika kedua tangan Haein menyodorkan pill vitamin dan gelas berisi air. Apa boleh buat. Ia harus menelan keempat pill tersebut agar pria di sampingnya ini berhenti mengomel dan memarahinya. Tolong, dia tidak mau telinganya panas karena hal itu.

"Bagaimana dengan pergelangan kakimu? masih sakit? aku akan menanyakan ibuku untㅡ,"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, sorot mata Jisoo menatap tajam ke arah Haein. Tatapan tidak setuju yang sangat Haein hafal. Jika sudah seperti ini Haein benar - benar tidak akan bisa berkutik. Jangankan berkutik. Melanjutkan kalimatnya barusan saja lidahnya kelu.

Slice of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang