CHAPTER 20

171 13 0
                                    

           MAHEN DAN MANUEL

                          ------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


                          ------------

Hari ini Damian pulang, dan sekarang  ia sedang ada di ruang makan. Duduk sambil melihat hidangan yang sudah di masak oleh Hawi. Disana ada sayur bayam, tumis kangkung, ayam goreng kremes, dan juga ada jagung goreng. Semuanya itu hasil masakannya Hawi bahkan ia juga sudah menyiapkan masakan khusus untuk Haven, salad sayur yang cara pengolahannya di kukus.

Hawi memang sangat berhati-hati jika sudah menyangkut kesehatan Haven. Ia juga selalu ingat pesan dokter Aldo, makanan dengan cara penyajian di goreng tidak baik untuk penderita kanker.

"Kamu ngapain masih di sini?"tanya Damian, ia menatap tidak suka pada Hawi."Bikin nafsu makan saya hilang aja,"lanjutnya.

Haven menoleh ke samping kanan di mana Hawi sedang berdiri. Ia ingin sekali membela Hawi, tapi ia tidak berani membantah papanya.

"Mau makan sama papa."jawabnya.

"Kamu kalo mau makan, jangan disini muak saya liat muka kamu. Di dapur,"
Damian berkata ketus.

Haven memilih diam. Ia sebenarnya kasihan dengan Hawi yang selalu di perlakukan tidak adil oleh papanya, tapi ia juga tidak punya nyali untuk menentang papanya.

Haven sangat tahu betul bagaimana tempramennya Damian. Jadi daripada ia ikut terkena marah hanya karena membela adiknya, lebih baik ia diam saja.

Hawi mengangguk. Ia lalu mengambil piring yang ada di atas meja.

"Ngapain ngambil piring segala? Saya suruh kamu pergi ke dapur. Taruh,"
sentak Damian.

Hawi meletakkan kembali piring itu ke tempat semula."Tapi di dapur gak ada sisa makanan, pa!"balasnya.

"Sudah berani ya kamu membantah saya!"Damian melempar sendok nasi dan mengenai kening Hawi.

Hawi menunduk. Keningnya sedikit berdarah, tergores ujung sendok.

"Papa, udah."lerai Haven.

Lalu Haven beralih menatap ke arah adiknya."Mending lo pergi deh, dari pada papa makin marah sama lo."

Hawi mengangguk. Ia lantas berjalan bukan menuju ke dapur melainkan ke kamarnya, karena percuma, ia masuk ke dapur sudah tidak ada sisa bahan makanan untuk ia masak. Sepertinya hari ini Hawi tidak bisa makan malam atau kalau bisa ia akan makan makanan sisa. Tidak apa, yang penting Hawi masih bisa makan. Lagipula ia juga sudah biasa memakan makanan sisa.

Hawi duduk, ia meletakkan kepalanya di atas meja belajar, mengistirahatkan  sejenak rasa lelahnya. Sejak sepulang dari sekolah, tidak ada waktu untuk Hawi beristirahat. Ia justru memilih menyelesaikan pekerjaan rumahnya, bahkan untuk mandi pun ia juga belum sempat.

Diam-diam Hawi memperhatikan interaksi antara Haven dan Damian, hubungan mereka terlihat humoris layaknya ayah dan anak sungguhan.

"Oh, iya papa lupa. Teman papa, ada yang minat lukisan kamu."di sela-sela memakan ayam goreng, Damian tetap saja bicara.

KISAH SI BOTAK & BISU SELESAI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang