CHAPTER 53

80 7 0
                                    

"Mau sejauh mana kaki melangkah setinggi harapan kita tidak mampu mengubah skenario Tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau sejauh mana kaki melangkah setinggi harapan kita tidak mampu mengubah skenario Tuhan."

                   Happy reading!

                         -------------

Haven pelan-pelan mulai membuka matanya. Kelopak matanya berkedip dengan lemah.

"Haven... Haven bisa dengar papa?"

Melihat putra kesayangannya sudah sadar dari koma setelah berminggu minggu terbaring koma membuat senyuman di bibir Damian terbit.

"Dokter!"

Damian segera memencet bel yang ada di dinding ruangan rawat Haven untuk memanggil dokter. Saking senangnya dengan kesadaran Haven, ia sampai memencet bel tersebut berulang kali.

Damian kembali berjalan mendekati Haven."Terimakasih Tuhan... Terima kasih, jagoannya papa sudah mau bertahan."ucapnya.

Cup

Ia mencium punggung tangan Haven penuh kasih sayang. Ia juga menatap wajah pucat Haven dengan tatapan teduh.

"Ha---wi..."

Alih-alih memanggil dirinya dengan sebutan kata 'papa' Haven justru menyebut nama adik tirinya.

"Ha---wi.."

"Hmm?"Damian memandang Haven.
"Ada papa di sini,"

"Ha---wi..."

Pintu ruangan rawat Haven terbuka menampakkan seorang dokter serta perawat perempuan yang berjalan dibelakangnya.

Damian melangkahkan kaki mundur dan memberikan ruang untuk dokter Aldo serta suster tersebut memeriksa kondisi putranya.

"Gimana keadaan anak saya, dok?"
tanyanya.

                           ------------

Hawi masih setia memejamkan kedua matanya setelah obat bius menembus lengannya dan merenggut kesadarannya. Ia terbaring di atas sofa ruang tamu rumahnya dengan kepala berada di pangkuan Louis.

"Hawi..."Louis mengusap-usap lembut  kepala Hawi dan sesekali ia mencium kening cowok itu.

Mata Louis memanas karena air mata tanpa di undang menetes membasahi pipi, dadanya terasa teramat sesak ketika melihat Hawi di seret-seret secara kasar serta memberontak seperti itu.

Dan untungnya ia datang tepat waktu ke rumah Hawi, jika tidak? Mungkin saja Hawi sudah di seret ke rumah sakit jiwa oleh dua petugas tersebut.

Pinky mendengus jijik ketika melihat pemandangan sangat menggelikan di depan matanya. Pinky tadi sempat menelepon papanya dan meminta tolong supaya petugas rumah sakit jiwa itu tidak membawa Hawi secara paksa. Atas dari perintah papanya, para petugas tersebut akhirnya setuju untuk memberikan waktu. Pinky yang akan berbicara pelan-pelan dengan Hawi, memberikan cowok itu pengertian.

KISAH SI BOTAK & BISU SELESAI✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang